Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rela Jembatannya yang Beromzet Rp20 Juta Diambil Alih Pemerintah, Haji Endang Titipkan Pekerjanya

Nama Muhammad Endang Junaedi atau yang kerap disapa Haji Endang kini tengah menjadi sorotan publik.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Daryono
zoom-in Rela Jembatannya yang Beromzet Rp20 Juta Diambil Alih Pemerintah, Haji Endang Titipkan Pekerjanya
Kompas.com/Farida
Inilah jembatan penyeberangan yang dibangun Haji Endang dengan cara menempatkan perahu berjajar di atas Sungai Citarum di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 

TRIBUNNEWS.COM - Nama Muhammad Endang Junaedi atau yang kerap disapa Haji Endang kini tengah menjadi sorotan publik.

Diketahui Haji Endang merupakan pemilik dari jembatan penyeberangan perahu ponton di Karawang, Jawa Barat.

Jembatan perahu ponton yang dibuat sejak 2010 tersebut setiap harinya bisa beromzet hingga Rp 20 juta.

Pasalnya, setiap hari sedikitnya ada 10.000 pengendara yang melintasi tempat tersebut.

Inilah jembatan penyeberangan yang dibangun Haji Endang dengan cara menempatkan perahu berjajar di atas Sungai Citarum di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Inilah jembatan penyeberangan yang dibangun Haji Endang dengan cara menempatkan perahu berjajar di atas Sungai Citarum di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Tribun Jabar/Cikwan)

Baca juga: Kisah Haji Endang Raup Penghasilan Rp 20 Juta Per Hari dari Jembatan Apung Kali Citarum

Haji Endang mengaku rela jika jembatan yang dibuatnya itu diambil alih dari pemerintah.

Terlebih jika pengambil alihan tersebut memang demi kepentingan umum.

"Tidak masalah diambil alih pemerintah," kata Haji Endang dilansir Kompas.com, Kamis, (30/12/2021).

BERITA REKOMENDASI

Haji Endang mengungkapkan jembatan tersebut dibuatnya memang bukan karena bisnis semata, tapi juga untuk membantu warga.

Baca juga: Viral Jembatan Perahu di Karawang Bisa Hasilkan Rp 20 Juta Per Hari, Dilewati 10 Ribu Motor

Diperlukannya biaya operasional, di antaranya seperti gaji pekerja, perawatan perahu, dan akses, membuat Haji Endang memberlakukan tarif Rp 2.000 bagi tiap penggunanya.

Namun tarif tersebut sejak awal 2010 lalu hingga kini masih belum mengalami kenaikan.

Selain itu tarif Rp 2.000 ini juga tidak bersifat paten.

Karena Haji Endang tidak mempermasalahkan jika ada pengguna yang hanya memberi Rp 1.000, atau bahkan ada pengguna yang sedang tidak membawa uang.

"Tarif itu tak paten. Sebab jika ada yang memberi Rp 1.000 atau bilang sedang tak bawa uang juga enggak masalah," terangnya.

Baca juga: Jembatan Kanal Antang Telan Biaya Rp 66,5 Miliar, Jadi Penghubung Dua Kabupaten

Titipkan Para Pekerjanya

Meski telah rela jembatan yang dibuatnya tersebut diambil alih oleh pemerintah, Haji Endang hanya ingin menitipkan para pekerjanya.

Karena ia tidak ingin pekerjanya yang berjumlah sekitar 40 orang menjadi kehilangan pekerjaan.

Mayoritas pekerjanya juga warga di sekitar jembatan yang direkrut tanpa adanya batasan usia.

"Saya titip pekerja saya. Karena saya rekrut mereka tanpa batasan usia dan lainnya. Warga sekitar," tutur Haji Endang.

Pemerintah Kabupaten Karawang diketahui tengah membangun dua jembatan.

Satu di Wahahar dan satu di Dusun Rumambe 2, Desa Anggadita, Kecamatan Klari arah menuju Bintang Alam.

Sedangkan jembatan milik Endang menghubungkan Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parungmuya Kecamatan Ciampel.

Baca juga: Kementerian PUPR Bangun Jembatan Gantung Percepat Konektivitas Penanganan Dampak Erupsi Semeru

Kisah Haji Endang Raup Penghasilan Rp 20 Juta Per Hari

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, sosok Muhammad Endang Junaedi (62), akrab disapa Haji Endang belakangan namanya viral di media sosial atas usaha jasa jembatan penyebarangan di Karawang.

Dari jasa penyeberangan jembatan apung di atas Sungai Citarum yang dia sediakan di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, dia bisa kantongi pendapatan Rp 20 juta per hari.

Haji Endang bercerita, usahanya itu dimulai 2010.

Endang yang sudah dikenal sebagai salah satu tokoh di Desa Anggadita tersebut diminta oleh sesepuh desa Haji Usup agar membuat penyeberangan perahu untuk memajukan perekonomian di Dusun Rumambe 1.

Baca juga: KemenPUPR Bakal Bangun Jembatan Gantung Kaca Pertama di Indonesia, Desain Mirip di Squid Game

Endang mengatakan, saat itu jalan desa tersebut merupakan jalan buntu, hanya digunakan untuk penyeberangan kerbau.

Sedangkan di seberangnya dusun tersebut merupakan Desa Parungmulya sebagai wilayah kawasan industri.

"Saya minta izin dengan pak bupati saat itu, Pak Dadang S Muchtar. Saya datang. Pak bupati bagaimana kalau kita usaha bareng dengan Pemkab Karawang, untuk membuat jalur penyeberangan, tetapi beliau minta saya sendiri saja. Karena sudah ada izin, saya beranikan diri," kata Endang, Rabu (29/12/2021).

Mulainya, ia membuat perahu dengan kapasitas sekitar dua puluh motor. Perahu itu ditarik menggunakan tali untuk menyeberang.

Baca juga: Desain Jembatan Gantung Kaca Pertama di Indonesia yang Akan Dibangun KemenPUPR, Ini Wujudnya

"Awalnya sehari juga cuma dapat Rp16 ribu. Bahkan ada beberapa warga yang menganggap khawatir jika ada penyeberangan itu bakal bikin bising dan banyak maling."

"Saya kemudian meminta izin dan banyak tokoh setuju. Walau hasilnya sedikit saya tekuni karena tujuan saya untuk membantu perekonomian warga," katanya.

Lambat laun karyawan yang hendak pergi ke kawasan industri dengan menyeberang mulai ramai. Kemudian ia menambah perahu penyeberangan menjadi dua.

"Saya tambah satu lagi, jadi ada dua perahu eret. Bolak-balik," katanya.

Banyak diskusi dengan pegawainya, Endang kemudian mempunyai ide untuk membuat penyeberangan dengan sistem perahu ponton.

Baca juga: Viral Jembatan Perahu di Karawang Bisa Hasilkan Rp 20 Juta Per Hari, Dilewati 10 Ribu Motor

Awalnya ia membeli puluhan perahu kayu dan sisanya dibuat sendiri.

Untuk mengurangi risiko kerugian dan kecelakaan bagi warga yang menyeberang, Endang pun mulai membuat perahu ponton dari besi. Saat ini jumlahnya mencapai 15 unit.

"Saya pinjam ke bank untuk modalnya," katanya.

Modalnya jika ditotal dan dibuat sekaligus menurut Endang bisa mencapai Rp 5 miliar.

Untuk hari kerja, Endang akui satu hari satu malam itu sekitar sepuluh ribu kendaraan roda dua menyeberang. Dengan tarif Rp2.000 sekali menyeberang.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Choirul Arifin)(Kompas.com/Farida Farhan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas