Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yuk Tukoni, Bantu UMKM Lokal Perpanjang Napas di Tengah Gempuran Pandemi

Yuk Tukoni sendiri merupakan market place yang mendapatkan penghargaan 11th SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Yuk Tukoni, Bantu UMKM Lokal Perpanjang Napas di Tengah Gempuran Pandemi
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Revo Suladasha, salah satu pendiri Yuk Tukoni saat ditemui Tribunnews, di Babarsari, Yogyakarta, Rabu (22/12/2021). (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Garudea Prabawati

TRIBUNNEWS.COM - Suara obrolan khas ibu-ibu menggaung di sebuah rumah sederhana di kawasan Baturetno, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Walaupun tertutup rapatnya masker, namun riuh jenakanya nyaring terdengar.

Jari-jemari mereka tampak lihai, ada yang memasukkan ayam suwir yang sudah diracik sedemikian rupa dengan bumbu pilihan ke dalam nasi aron yang dipadatkan.

Ada juga ibu-ibu lainnya yang membungkus nasi aron isian ayam suwir tersebut dengan balutan telur dadar dan terakhir daun pisang.

Beberapa saat kemudian semerbak gurih menyapa, satu bungkus arem-arem panas, aroma gurihnya memenuhi ruangan.

Namun di lain sisi beberapa bungkus arem-arem tersebut ada yang dibekukan di dalam mesin pendingin, dan dikemas dalam plastik, kemudian melewati proses vacuum.

Berita Rekomendasi

Rupanya jajanan pasar khas Indonesia tersebut beberapa ‘disulap’ menjadi makanan beku (frozen food).

“Sebenarnya ini produk pandemi, ini hasil inovasi saya untuk mempertahankan usaha saya,” ujar Weeta, pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Weeta Cookies, kepada Tribunnews, Jumat (17/12/2021).

Omzet turun digempur pandemi Covid-19

Weeta Cookies
Proses produksi jajanan pasar arem-arem UMKM Weeta Cookies, di Yogyakarta, Jumat 17 Desember 2021. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Seperti halnya usaha-usaha kebanyakan, Weeta merasakan omzetnya turun lantaran digempur pandemi.

Bahkan penurunan omzet mencapai 60 persen, terjadi seusai Hari Raya Idul Fitri tahun 2020.

Penurunan tersebut menjadi titik terendahnya, lantaran saat itu masyarakat sudah mulai berani untuk ke luar rumah dan bepergian.

Baca juga: Astra Infra Akuisisi 49 Persen Saham Ruas Tol Pandaan-Malang Milik BUMN

“Setelah lebaran 2020 lalu masyarakat sudah berani ke luar rumah, sehingga semakin banyak pilihan makanan, sejenak frozen food tersingkirkan, ditambah lagi tidak ada hajatan hingga event-event,” tutur Weeta.

Weeta juga berujar sebelum pandemi, dirinya dapat mengantongi omzet bersih Rp5 juta hingga Rp8 juta.

Hingga kini lambat laun omzet bersihnya merangkak stabil, walaupun tak setinggi sebelum pandemi, yakni sekitar Rp3 juta hingga Rp5 juta.

Produksi varian makanan beku

Proses produksi jajanan pasar arem-arem UMKM Weeta Cookies, di Yogyakarta, Jumat 17 Desember 2021. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Proses produksi jajanan pasar arem-arem UMKM Weeta Cookies, di Yogyakarta, Jumat 17 Desember 2021. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Wanita berusia 38 tahun ini pun membagikan cerita perjalanannya menjajaki produksi frozen food.

Awalnya tak terlintas sedikitpun di pikirannya membuat jajanan pasar dalam bentuk frozen food, lantaran sudah 11 tahun dirinya terbiasa menjual makanan siap santap.

Namun demi bertahan hidup baik dirinya juga enam karyawannya, inovasi tersebut datang.

Gempuran pandemi malah mendatangkan ide tersendiri, yakni memproduksi makanan praktis, yang dapat disimpan lama untuk stok.

“Awal pandemi saat itu tahun 2020, banyak pesanan yang masuk mendadak cancel, di samping itu tidak ada hajatan dan event otomatis tidak ada pemasukan,” terangnya.

“Lantas saya berpikir bagaimana caranya agar 'dapur tetap ngebul', terutama kesejahteraan karyawan saya, karena mereka adalah aset saya yang harus saya pertahankan, maka dari itu saya beranikan diri untuk membuat frozen food,” ujarnya.

Baca juga: Astra Property Tanam 250 Batang Bibit Buah Langka dan Endemik di Pranaraksa Center Asya

Awal mula Weeta hanya mengemas jajanan pasar beku dalam besek atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu.

Rupanya produknya laris di pasaran, benar saja selama pandemi banyak orang yang memburu frozen food karena dinilai lebih praktis.

Weeta pun terus mempersolek kemasan produknya, yakni melalui teknologi vacuum.

Hingga kini dapur produksinya kembali aktif normal seperti sediakala.

Untuk produksi setiap harinya, Weeta Cookies dapat menghasilkan 20 hingga 30 pack jajanan pasar, baik yang frozen food hingga pesanan siap santap.

Ibu dua anak tersebut juga menyampaikan harga produk-produknya, di mana dijual mulai dari Rp25 ribu kebanyakan, hingga paling mahal Rp40 ribu.

Naik kelas berkat Yuk Tukoni

Varian makanan frozen food Weeta Cookies.
Varian makanan frozen food Weeta Cookies.

Weeta Cookies termasuk satu di antara UMKM yang bergabung menjadi mitra Yuk Tukoni.

Yuk Tukoni sendiri merupakan market place yang mendapatkan penghargaan 11th SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk.

Weeta mengatakan bergabung dengan Yuk Tukoni sekitar pertengahan 2021.

“Setelah bergabung menjadi mitra Yuk Tukoni, rupa produk saya naik kelas, awalnya hanya dibungkus plastik saja terus di-vacuum, ternyata hal itu tidak cukup,” lanjutnya.

Yuk Tukoni mengarahkannya untuk terus memperbaiki baik kemasan hingga kualitas.

Termasuk menyertakan komposisi makanan hingga cara penyajiannya.

“Terus produk saya difoto dan dibantu promosi lewat Yuk Tukoni, ini membantu sekali memperluas pasar,” imbuh Weeta.

Hingga kini konsumennya bukan hanya di kawasan Yogyakarta saja, bahkan tersebar hingga ke luar kota, termasuk Jakarta.

Seperti diketahui Weeta Cookies menjual aneka jajanan pasar hingga camilan, termasuk dijual lewat market place Yuk Tukoni.

Weeta Cookies memproduksi sebanyak 12 item jajanan pasar, selain arem-arem, juga memproduksi lemet, sosis Solo, mendut, lemper goreng, risol saus mayo, dan masih banyak lagi.

Semangkok Rasa dari Yogyakarta

Ahdan, anak muda Yogyakarta saat memperk
Ahdan, anak muda Yogyakarta saat memperkenalkan produk kulinernya, Semangkok Rasa, Rabu (22/12/2021). (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Cerita senada juga datang dari UMKM asal Kota Gudeg lainnya, bernama Semangkok Rasa.

Sama halnya seperti Weeta Cookies, Semangkok Rasa juga merupakan mitra dari Yuk Tukoni.

Pemilik Semangkok Rasa, Muhammad Fardin Ahda menceritakan soal usaha kulinernya tersebut yang ikut ‘kecipratan berkah’ dari Yuk Tukoni.

“Jualan lewat Yuk Tukoni benar-benar membantu saya untuk memperluas pasar,” ujarnya kepada Tribunnews, Rabu (22/12/2021).

Dirinya menyebut, lewat Yuk Tukoni memang efektif membantu mengembangkan potensi produk kuliner lokal buatannya.

Ahdan, sapaan karibnya, menyebut Semangkok Rasa hadir di pertengahan 2020 lalu, awalnya lantaran tekanan pandemi Covid-19.

Beberapa bisnis kuliner Ahdan sebelumnya terpaksa gulung tikar, karena hanya menyediakan makanan siap santap namun tiada pembeli.

“Kami benar-benar berawal dari nol, modal nol rupiah karena di awal kami hanya open pre-order (PO) saja, dan hanya dikerjakan bersama dua karyawan saya di rumah,” katanya.

Dari yang awalnya hanya open PO bisnis Semangkok Rasa terus melejit, promosi kencang dilakukan secara digital, termasuk melalui Yuk Tukoni.

“Banyak sekali permintaan dari konsumen, karena kami menjual produk makanan frozen food, praktis, halal, tanpa pengawet, dan dapat untuk disimpan hingga berbulan-bulan,” imbuh Ayah satu anak tersebut.

Penjualan pun kencang di online, bahkan Semangkok rasa memiliki reseller di Jakarta dan Semarang.

Pernah saat permintaan paling tinggi, Ahdan dapat mengirimkan sekitar 500 pack makanan ke reseller di Jakarta.

Cita rasa lokal

nak muda Yogyakarta saat memperkenalkan  77
Ahdan, anak muda Yogyakarta saat memperkenalkan produk kulinernya, Semangkok Rasa, Rabu (22/12/2021). (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Semangkok Rasa menyediakan banyak varian makanan bercita rasa pedas.

Variannya untuk kemasan plastik vacuum frozen ada tuna jerit, oseng mercon, ikan suwir balado, paru balado, paru cabe ijo, kulit goreng bumbu rempah, dan ayam goreng bumbu rempah.

Ada juga produk Semangkok Rasa untuk varian sambal dalam kemasan botol yakni teri sambal jeruk, sambal cumi asin, dan sambal matah.

Baca juga: Astra Land Sabet Empat Penghargaan di Indonesia Property Awards 2021

Kami pun berkesempatan mencicipi salah satu variannya, yakni ikan suwir balado.

Penyajiannya mudah, setelah dibuka kemasan vacuum frozennya, langsung dipanaskan di wajan 5 menit saja.

Aroma dan rasa gurih sedap langsung menyatu di lidah, harmonis berbaur dengan nasi putih hangat.

“Saya sudah memperkirakan pasti akan ada pergeseran market, cara beli masyarakat berubah dari offline menjadi online makanya saya akan terus berinovasi dengan Semangkok Rasa,” tutur Ahdan.

Hasilkan rupiah dari rumah

Harga jual varian makanan UMKM Semangkok Rasa pun masih terjangkau, mulai Rp30 ribu hingga  paling mahal Rp 40 ribu.

Soal pengiriman ke luar kota pun lebih aman, karena frozen food Semangkok Rasa masih bisa aman kualitasnya saat pengiriman 4 sampai 5 hari.

Sedangkan untuk daya tahan makanan sampai berbulan-bulan, bahkan 6 bulan pun masih tahan asalkan disimpan di freezer.

Pihaknya yakin penjualan produk praktis siap makan ini atau frozen food akan bertahan, karena saat ini sudah banyak sekali pergeseran pasar.

“Ternyata memang dari rumah saja kita bisa kok menghasilkan rupiah, yang penting inovatif, kreatif, serta gigih berusaha,” terangnya lagi.

Ahdan berujar lewat Semangkok Rasa dirinya bisa mendapatkan omzet kotor hingga Rp60 juta, omzet bersih Rp10 juta sampai Rp15 juta.

Semangat Yuk Tukoni bantu UMKM lokal

Revo Suladasha, salah satu pendiri Yuk Tukoni saat ditemui Tribunnews, di Babarsari, Yogyakarta, Rabu (22/12/2021). (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Revo Suladasha, salah satu pendiri Yuk Tukoni saat ditemui Tribunnews, di Babarsari, Yogyakarta, Rabu (22/12/2021). (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Kini sebanyak 250 UMKM bergabung dengan Yuk Tukoni.

Ragam kuliner lokal pun tersaji apik, terkemas dalam foto dan diunggah di akun Instagram @yuktukoni.

Mulai dari kuliner lokal rumahan hingga yang sudah legendaris di Yogyakarta.

Di antaranya Sate Kambing Ayam & Sapi Samirono, Jadah Tempe Mbah Carik, Mie Ayam Tumini, bahkan Cilok Gajahan.

Singkat cerita market place Tukoni ini didirikan oleh Revo Suladasha dan rekannya, Eri Kuncoro.

Semangat awalnya adalah untuk membantu UMKM kuliner lokal tetap eksis dan menghasilkan di tengah bayang-bayang pandemi.

Semangat itulah yang mengantarkan mereka mendapat penghargaan 11th SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk.

Baca juga: Astra Property Tanam 250 Batang Bibit Buah Langka dan Endemik di Pranaraksa Center Asya

Lewat penjualan secara online, Tukoni menyediakan produk dari mitra UMKM kuliner yang dikemas ulang dalam bentuk beku.

Tampak tampilan Instagram @yuktukoni yang dibuat pertengahan April 2020 lalu, terkini deretan feed-nya tersusun rapi.

Produk kuliner lokal dipotret menarik disertakan dengan keterangan harga, kuantitas, dan lainnya.

“Fluktuasi bisnis tentu ada, namun kami terus menyiapkan treatment khusus untuk penjulan,” ujar Revo Suladasha, kepada Tribunnews, Rabu (22/12/2021).

Yakni dengan membuat konten juga program menarik dan mengedukasi pasar tentang keunggulan berbelanja di Yuk Tukoni.

Inovasi

Tampilan instagram @yuktukoni
Tampilan instagram @yuktukoni. (Tangkap layar @@yuktukoni)

Tampak dalam instagram @yuktukoni yang kini memiliki pengikut berjumlah 24 ribu, menyertakan banyak keterangan, mulai dari promo, katalog, teknis pemesanan, hingga program - program menarik.

Ada program barunya yakni Beli Dagangan Langganan (BDL), di mana setiap bulannya Yuk Tukoni akan memilih satu produk kuliner yang potensial menjadi langganan banyak orang.

"Contohnya BDL bulan Mei 2020 itu Mie Ayam Pak Amin, setelah jadi BDL produk mie ayam tersebut kami kemas ulang dan kami beli untuk dibagikan ke kolega," kata Revo.

Selanjutnya Mie Ayam Pak Amin akan dibantu untuk meningkatkan penjualannya.

Yuk Tukoni juga menjual paket - paket produk kuliner.

Dalam satu paket berisi tujuh makanan, di dalamnya ada juga produk kuliner legendaris Yogyakarta, dan satu paketnya tersebut dijual Rp100 ribu.

Sementara itu Revo menerangkan, sistem pembelian di Yuk Tukoni ada yang dibeli langsung yakni di gerainya Ruko Raflesia II Blok N, Babarsari, bisa juga diantar atau dikirimkan.

Apabila diantar, Revo menyebut ada keunggulan tersendiri.

"Konsumen dapat memperoleh produk lokal pilihannya dengan mudah, dan tentunya lebih higienis, juga lebih murah lantaran dalam satu pengiriman langsung konsumen bisa memperoleh beberapa produk kuliner," kata pria yang memiliki pengalaman di bidang food and beverage (fnb) ini.

Untuk pengiriman di wilayah Yogyakarta dan Sleman, konsumen hanya perlu mengirimkan alamat dengan share location melalui WhatsApp.

Biayanya untuk 0 - 10 kilometer (Km) Rp10 ribu, sedangkan setelah 10 km dihitung Rp2.000 per Km.

Adapun pengiriman sameday delivery, dengan coverage area Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya.

"Kita punya channel juga namanya Mang Jastip, itu ketika konsumen ingin beli produk lokal yang belum masuk di showcase-nya Yuk Tukoni, nah bisa dititipkan dalam pengiriman," ujarnya.

Tujuan besar Yuk Tukoni

Revo menyebut produk lokal Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi.

Sementara Yuk Tukoni sendiri berusaha menampilkan dan menawarkan produk kuliner yang memiliki uniqe selling point, sehingga membedakan dari produk satu dengan yang lainnya.

Kini setiap bulannya Yuk Tukoni dapat menjual 250 sampai 300 produk lokal melalui pembelian langsung, pengantaran, maupun pengiriman.

Dan kini pasar terbesarnya di luar Yogyakarta, yakni Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya.

Potensi itulah membuat Yuk Tukoni saat ini sedang berkonsentrasi untuk aktivasi reseller.

Baca juga: Astra Land Sabet Empat Penghargaan di Indonesia Property Awards 2021

“Saya yakin produk-produk lokal di Indonesia ini unik dan bisa eksis bahkan di ranah internasional, asal memenuhi syarat-syarat termasuk skala produksinya stabil untuk memenuhi permintaan konsumen juga standarisasinya harus mulai benar,” ungkap pria 35 tahun itu.

Tujuan besar Yuk Tukoni adalah menjadi inkubator bagi UMKM-UMKM lokal.

Dirinya dan tim terus 'mengencangkan ikat pinggang' untuk mempertahankan Yuk Tukoni dan terus berguna bagi kemajuan UMKM lokal.

“Pelaku UMKM sendiri itu mereka butuh ruang untuk berkeluh kesah untuk berbagi cerita tentang perjalanan usahanya, kami ingin Yuk Tukoni ke depan bisa menjadi rumah UMKM Indonesia, nggak hanya menjualkan saja tapi kita bisa terus menjadi wadah untuk membantu usaha mereka berkembang,” tutup Revo.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas