Ini Asal Usul Sesajen Tradisi Ruwatan di Gunung Semeru yang Ditendang Oknum Relawan
Apa makna sesajen yang ditendang relawan di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur?
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Seorang pria yang diketahui sebagai relawan di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur menendang sesajen.
Diduga sesajen yang dibuang berasal dari tradisi ruwatan warga.
Dilansir Surya dari Kompas.com, ruwatan adalah salah satu ritual penyucian yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa dan Bali.
Dalam bahasa Jawa ruwatan sama dengan kata luwar yang berarti dilepas atau dibebaskan.
Baca juga: Muhaimin Iskandar Kecam Pria Tendang Sesajen di Semeru: Tak Hargai Pluralisme
Bisa dikatakan ruwatan berarti upacara untuk membebaskan atau melepaskan seseorang yang diruwat dari hukuman atau kutukan dewa yang menimbulkan bahaya.
Dari sisi sejarah, ruwatan merupakan upacara asal Jawa yang digunakan untuk membebaskan atau melepaskan seseorang dari hukuman atau kutukan yang membawa sial atau membahayakan.
Asal-usul adanya ruwatan adalah dari cerita pewayangan.
Baca juga: Gus Miftah Tanggapi Video Viral Pria Tendang Sesajen di Semeru, Ingatkan soal Dakwah Walisongo
Diceritakan ada seorang tokoh bernama Batara Guru yang beristrikan dua orang wanita, yaitu Pademi dan Selir.
Pademi menurunkan anak laki-laki bernama Wisnu dan dari Selir juga menurunkan anak laki-laki bernama Batarakala.
Batarakala tumbuh menjadi seorang yang jahat.
Ia kerap mengganggu anak-anak manusia untuk dimakannya.
Konon katanya, sifat jahat Batarakala ini disebabkan oleh hawa nafsu sang ayah, Batara Guru yang tidak terkendalikan.
Tiba-tiba, hasrat seksual Batara Guru timbul dan ingin bersetubuh dengan istrinya. Namun, Selir menolak, sehingga jatuhlah air mani Batara Guru ke tengah samudera.
Baca juga: Viral Pria Tendang Sesajen di Lumajang, Putri Gus Dur: Dunia Bukan Milik Kelompoknya Saja
Air mani ini kemudian berubah menjelma menjadi raksasa yang dikenal dengan nama Batara Kala.