Workshop Sketsa Bertajuk Sketch Like Sudjojono, Minggu 23 Januari 2022 di Tumurun Museum Solo
Merespon kembali karya-karya S. Sudjojono, diselenggarakan sebuah Workshop Sketsa bertajuk “Sketch Like Sudjojono”, pada Minggu, 23 Januari 2022.
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - S. Sudjojono dikenal bukan hanya sebagai seniman pembaru dengan karya-karya terbilang maesterpiece, namun juga seorang pemikir kesenian dan kebudayaan. Ia melahirkan sebuah rumusan perihal "jiwa kethok" atau jiwa tampak, di mana menurutnya kesenian adalah jiwa. Bagi pelukis yang dijuluki Bapak Seni Lukis Indonesia Baru ini, goresan seseorang di dalam lukisan memperlihatkan atau menyiratkan watak dan karakter sesungguhnya.
Seturut upaya memaknai serta merespon kembali karya-karya S. Sudjojono, diselenggarakan sebuah Workshop Sketsa bertajuk “Sketch Like Sudjojono”, pada Minggu, 23 Januari 2022. Agenda yang berlangsung di Tumurun Private Museum, Surakarta, Jawa Tengah, tersebut menghadirkan narasumber Jevi Alba, seorang sketcher yang tergabung dalam Komunitas Solo Sketcher dan Komunitas Cat Air (KOLCAI) Solo.
Sebagai sketcher atau seniman sketsa, Jevi Alba kerap kali melakukan workshop keliling untuk memperkenalkan karya sketsa dan seni lukis cat air. Termasuk mengenalkan water color sketching hingga ke Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Peralatan yang diperlukan untuk workshop terbilang sederhana, berupa kertas sketsa, dan penghapus. Namun, menurut Jevi, hal utama dalam proses membuat sketsa justru adalah teknik menggaris yang dapat mencerminkan kejujuran para peserta sewaktu melihat sebuah objek kemudian bagaimana mereka mendokumentasikan atau menggoreskannya ke dalam bentuk sketsa.
Hal mana itu selaras pula dengan pandangan Sudjojono yang berkeyakinan bahwa dengan mengenali getaran sapuan kuas pada suatu lukisan, kita akan mengetahui watak si pelukis. Sapuan kuas tidak lain adalah segala sesuatu yang dituangkan seorang pelukis secara sadar atau tidak sadar, ke dalam seluruh ruang kanvas (garis-garis, titik-titik, noda-noda, ruang hampa, atau diisi).
Melalui workshop ini, peserta tidak hanya diajak belajar perihal teknik gambar, namun sesungguhnya menelusuri kembali jejak dan riwayat cipta seorang S. Sudjojono yang terefleksikan melalui karya-karya sketsanya.
Workshop yang terbuka bagi peserta terbatas ini merupakan buah kerja sama S. Sudjojono Center, Tumurun Private Museum, dan Kompas Gramedia. Kegiatan ini masih serangkaian pameran bertajuk ‘Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S. Sudjojono’ diselenggarakan di Tumurun Private Museum sedari 28 Agustus 2021 sampai 28 Februari 2022 mendatang.
"Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S.Sudjojono" adalah pameran yang menampilkan reproduksi salah satu mahakarya Sudjojono, lukisan Pertempuran antara Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen, koleksi Museum Sejarah Jakarta. Lukisan ini dipesan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin untuk peresmian pembukaan museum tersebut pada tahun 1974.
Untuk menghasilkan lukisan dan memperoleh data historis yang akurat, S. Sudjojono melakukan riset di Jakarta, Solo, dan Belanda selama 3 bulan. Hasil dari riset tersebut, ia merampungkan lukisan berukuran 3x10 meter, terdiri dari tiga panel besar, yang dikerjakan selama 7 bulan.
Dalam proses tersebut, Sudjojono juga menghasilkan puluhan sketsa dalam persiapan pembuatan lukisan tersebut. Sejumlah 38 buah sketsa-sketsa studi lukisan Sultan Agung, yang kini menjadi koleksi Tumurun Private Museum, untuk pertama kalinya dipamerkan secara lengkap di Indonesia.
Selaras pameran tersebut diselenggarakan pula Peluncuran Buku “Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono” Sabtu, 22 Januari 2022.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.