Warga Tuban Menyesal Jual Tanah Jadi Kilang Minyak, Begini Jawaban Pertamina
Sebelumnya desa tersebut sempat menjadi kampung miliarder dari hasil penjualan tanah ke kilang minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR).
Editor: Erik S
Sekitar 100 orang yang melibatkan karang taruna enam desa di wilayah ring perusahaan itu, menyoal PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang dinilai tidak kooperatif.
Nasib warga yang menyesal jual tanah
Saat pembebasan lahan Pertamina Grass Root Refinery (GRR) Tuban setahun lalu, sebagian besar warga pemilik lahan di Desa Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, menjadi jutawan dadakan dari uang kompensasi yang besar.
Tetapi itu setahun lalu, karena sekarang tak ada lahan yang boleh ditanami karena sudah dibeli pihak Pertamina GRR.
Baca juga: Kronologi Truk Tabrak 3 Kendaraan Lain di Tuban, Gara-Gara Rem Blong hingga Menewaskan Satu Orang
Sekarang warga yang tak punya pekerjaan harus bertahan hidup, bahkan sampai menjual sapi.
Salah satunya seperti dikisahkan Warsono (44), warga Dusun Tadahan, Desa Wadung, Kecamatan Jenu. Warsono menjual satu dari lima ekor sapi peliharannya hanya agar bisa bertahan hidup.
Pasalnya, ia sudah tidak lagi bekerja sebagai petani yang setiap hari bisa diharapkan untuk mendapatkan rupiah.
"Sudah satu sapi saya jual," kata Warsono ditemui di lahan kosong, Selasa (25/1/2022).
Sebelum ada pembebasan lahan Pertamina GRR setahun lalu, ia selalu bertani ikut orang lain yang memiliki lahan.
Namun setelah lahan dijual ke perusahaan minyak plat merah, lahan itu sudah tidak boleh dikelola.
Ia sempat bekerja pada pembersihan lahan (land clearing) dua kali kontrak, pertama 9 bulan lalu dilanjutkan 8 bulan ke depan, setelah kontrak berakhir kini menganggur.
"Kalau tidak bertani nganggur sekarang, rencana besok mau masuk di pekerjaan land clearing lagi sama Pertamina," pungkasnya.
Kisah warga kampung miliarder di Kecamatan Jenu, memang belum selesai.
Setelah mendapat ganti rugi penjualan lahan untuk proyek kilang minyak Pertamina GRR ) di kecamatan setempat, kini kabar tak mengenakkan datang.