Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hujan Es Mengandung Polutan dari Atmosfer, Pakar ITS Beberkan Bahayanya Jika Diikonsumsi

hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Hujan Es Mengandung Polutan dari Atmosfer, Pakar ITS Beberkan Bahayanya Jika Diikonsumsi
KOMPAS.COM/DOK BPBD MAGETAN
Hujan deras disertai butiran es terjadi di Kabupaten Magetan Hari Minggu (20/2/2022) sore. Dari laporan BPBD Kabupaten Magetan tidak ada kerusakan yang diakibatkan turunnya butiran es sebesar kelereng selama 3 menit tersebut. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Zainal Arif 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Surabaya dihebohkan dengan fenomena hujan es yang turun bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang, pada Senin sore (21/2/2022) lalu. 

Selain menyebabkan kerusakan fisik di sejumlah fasilitas umum dan pribadi, hujan es disertai angin kencang tersebut nyatanya juga memberi dampak bagi tercemarnya kualitas udara ambien. 

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Arie Dipareza Syafei ST MEPM mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es. 

Ia menegaskan, hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa. 

“Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar Dr Arie kepada TribunJatim.co.id, Rabu (23/2/2022).

Baca juga: Berawal dari Rem Mendadak, 4 Mobil Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Semanggi 

Meski demikian, Arie membenarkan, hujan es membawa polutan dari atmosfer, bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. 

Berita Rekomendasi

Ia mengungkapkan,  hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer. 

“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelasnya.  

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie justru menyebut perlu mewaspadai sebaran polutan yang meluas. 

Ia mengungkap, turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan.

Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya. 

“Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.

Arie berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. 

Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” pesannya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pakar ITS Soroti Kandungan Hujan Es, Ingatkan Masyarakat untuk Tidak Dipakai Minum

Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas