Persentase Stunting di 5 Kabupaten di Jawa Tengah Masih
Tahun 2021, Jawa Tengah masih ada 19 kabupaten dan kota dengan kategori kuning
Editor: Erik S
Kabupaten Banjarnegara termasuk kategori tinggi angka stuntingnya. Stunting tidak boleh dipandang sebelah mata. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki kecerdasan lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh dengan optimal. Pada akhirnya, stunting dapat menurunkan kualitas SDM.
Di tahun 2021, dari catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, kasus stunting di kota Dawet Ayu itu masih 22,67 persen. Angka kasus ini sebenarnya sudah menurun, dibandingkan Tahun 2020 sebesar 22,93 persen.
"Iya masih tinggi. Banjarnegara masih 10 besar, " kata dr. Sulistyowati, MKes, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Banjarnegara, Sabtu (19/3).
Sulis mengatakan, stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar. 1.000 hari pertama sejak masih dalam kandungan merupakan masa penting mencegah terjadinya stunting.
Ada dua model intervensi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk pencegahan stunting, yakni intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting, semisal dengan penyediaan air minum dan sanitasi, jambanisasi hingga peningkatan akses pangan bergizi.
Kegiatan ini melibatkan seluruh stakeholder terkait, di antaranya Dispermasdes, Kemenag, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, hingga Pemerintah Desa.
Sementara intervensi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dari sektor kesehatan. Ini lah yang dilakukan Dinas Kesehatan semisal dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan balita.
Hanya dalam dua tahun terakhir, ia mengakui kegiatan pencegahan itu kurang maksimal karena Pandemi Covid 19. Menurut dia, penurunan kasus stunting yang tidak signifikan dalam beberapa tahun terkahir ini juga dipengaruhi pandemi.
"Karena pengaruh pandemi, " katanya.
Ia mencontohkan, selama pandemi, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19, layanan kesehatan seperti Posyandu sempat ditutup. Padahal di situ ada aktivitas pengukuran berat badan dan tinggi badan bayi.
Baca juga: Cegah Anak Stunting Sejak dari Keluarga, Peran Ibu Nggak Main-main
Ini mengakibatkan pelaporan tinggi badan bayi dari Bidan atau kades kesehatan desa kurang maksimal. Padahal catatan tinggi badan bayi penting untuk mengetahui perkembangan kasus stunting di daerah.
Selain itu, kegiatan pertemuan ibu hamil atau kelas hamil untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan stunting juga tersendat karena pandemi.
"Di masa pandemi, tetap ada PMT, tapi turunnya kemarin juga akhir tahun, " katanya.
Intervensi sensitif untuk pencegahan stunting oleh instansi-instansi lain juga otomatis terganggu karena pandemi Covid 19. Terlebih pandemi memaksa pemerintah daerah untuk me-refocussing anggaran untuk penanganan Covid 19. Sehingga perhatian untuk sektor lain menjadi berkurang. (afn/jti/kim-bersambung/Tribun Jateng Cetak)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Liputan Khusus: Lima Kabupaten di Jateng Masih Tinggi Angka Prosentase Stunting