Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Stafsus Menkumham : 'Jadi Pengusaha Tidak Harus Banyak Modal'

Bane Raja Manalu, dalam paparanya mengatakan siapa saja bisa menjadi pengusaha, tapi harus inovatif dan mampu berpikir beberapa langkah di depan

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Stafsus Menkumham : 'Jadi Pengusaha Tidak Harus Banyak Modal'
Istimewa
Bane Raja Manalu 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius  Jyesta Candraditya

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Batu Bara Ekonomi Kreatif melaksanakan seminar nasional UMKM dengan tema UMKM Maju Dengan Teknologi Digital di Masa Pandemi. 

Seminar ini dihadiri  puluhan pelaku UMKM se Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, dengan pembicara Staf Khusus Menteri Hukum dan HAM, Bane Raja Manalu dan Praktisi Digital, Taufiq Kamil, di Singapure Land, Kabupaten Batu Bara, Minggu (27/3/2022). 

Bane Raja Manalu, dalam paparanya mengatakan siapa saja bisa menjadi pengusaha, tapi harus inovatif dan mampu berpikir beberapa langkah di depan. 

Saat ini di Indonesia tercatat sebanyak 64 juta industri mikro kecil dengan menyerap 13,8 juta tenaga kerja. 

"UMKM sudah banyak memberikan nafkah bagi orang lain. Memberikan kerja bagi orang lain," ujar Bane, dalam keterangannya. 

Owner Warung Banteng (Warban) ini mengatakan jadi pengusaha tidak harus banyak modal. Pengusaha harus kreatif yang bisa menarik orang untuk memodali. 

Baca juga: Segera Lapor SPT Tahunan di djponline.pajak.go.id, Simak Cara Mudah Dapatkan EFIN

Berita Rekomendasi

Kemudian, usaha juga harus memiliki market atau pasar. Jangan membuka usaha tanpa ada pasar yang jelas. Kalau tidak ada pasarnya, usaha tidak akan berkembang. 

Selanjutnya, usaha harus memiliki segmen yang jelas. Tidak ada satu pun produk yang bisa menyasar semua segmen. 

"Sebagai pelaku bisnis harus ada moralnya. Dalam berusaha tidak menjelekkan atau memburukan usaha orang lain. Berangkat dari hal-hal tersebut, pemodal akan datang," katanya. 

Di era digital, lanjut Bane, pengusaha khususnya kaum muda harus bisa bersinergis dengan internet. Lebih dari 2.000 starup di Indonesia  mayoritas didirikan anak muda. 

"Tingginya pengguna internet di Indonesia mencapai 171 juta jiwa. Tapi, pengguna Facebook lebih dari jumlah tersebut, karena satu orang bisa menggunakan dua Facebook," katanya. 

Menurut alumni Universitas Indonesia ini,  manfaatkan kecanggihan teknologi untuk produksi memasarkan di medsos, website dan aplikasi. Era digital jangkauannya lebih luas dan marketnya lebih pas. Mudah dan lebih nyaman. 

Melakukan modifikasi bisnis juga sangat penting. Khususnya dalam hal penawaran produk. Dalam memposting atau mempromosikan tidak boleh asal. 

"Paling relevan adalah membuat cerita atau menceritakan tentang usaha yang dipromosikan. Pada dasarnya publik paling suka dengan bercerita," jelasnya. 

Masih kata Bane, bisnis harus punya entitas, legalitas dan berbadan hukum. Pemerintah saat ini sudah sangat mempermudah pelaku UMKM dalam mengurus legalitas usahanya. 

Dia mencontohkan bahwa saat ini cukup mendaftar secara online.

Tidak perlu notaris, langsung ke website Kemenkumham. 

"Disitu bisa daftar buat usaha dan PT. Login menggunakan NIK di ahu.go.id. Pilih menu pendirian dan isi voucher. Isi data perseroan dan pemilik usaha. Isi data pemilik manfaat.  Modal semampunya, maksimal Rp5 miliar," katanya. 

Menurutnya, banyak manfaat UMKM yang berbadan hukum. Seperti memiliki akses memperoleh pinjaman modal usaha dari Perbankan. 

Kemudian dapat menjadi penerima bantuan pemerintah (permodalan, pembinaan, maupun akses pasar). Dengan berbadan hukum, UMKM lebih mudah mengekspor barang produksinya ke mancanegara. 

"Dari 64 juta UMKM, sudah ada 11 juta yang perizinannya bisa diproses secara online. Dalam dua tahun ke depan diharapkan, ada lebih dari 60 juta perizinan UMKM dengan metode ini," pungkasnya. 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas