Gibran Rakabuming Nilai Pembongkaran Benteng Keraton Kartasura Ngawur: Nggak Bisa Merubah Bentuk
Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, menanggapi pembongkaran tembok benteng Keraton Kartasura.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Namun, niat itu diurungkan lantaran tak mendapat izin karena tembok benteng merupakan situs bangunan cagar budaya.
Punya Nilai Spiritual Hebat
Penjebolan pagar tembok bekas Keraton Kartasura sangat disayangkan oleh pegiat sejarah dan budaya, R Surojo.
Menurutnya, Keraton Kartasura merupakan tempat yang sangat sakral dan penuh sejarah.
Sehingga pengerusakan atau hanya sekedar pemindahan dari sesuatu yang terkait dengannya akan mengubah nilai sejarah.
"Tidak aneh kalau Keraton Mataram yang berpusat di Kartasura ini adalah sebagai wahana yang sangat sakral," kata Surojo kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/4/2022).
"Karena itu adalah sebuah tempat tinggal istana raja pada masa kerajaan Mataram Islam masih eksis," tambahnya.
Baca juga: JPO Kartasura di Sukoharjo Solo Roboh, Tiga Alat Berat Dikerahkan Evakuasi Material Jembatan
Baca juga: 3 Orang Pengamen Diciduk Polisi seusai Lempari Kaca Bus dengan Tanduk Sapi di Kartasura
Berdasarkan sejarah, dikatakan Surojo, Keraton Kartasura sempat menjadi pusat pemerintahan di Jawa, meski tak seluruh Jawa.
Kala itu, dengan dipimpin kepala negara atau yang kita kenal dengan Raja Susuhunan Pakubuwono Amangkurat, Kartasura merupakan pusat ekonomi, budaya, pemerintahan, hingga politik.
"Walaupun pada negaranya hanya sampai pada tingkatan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat."
"Tapi, menjadi pusat segala kegiatan manusia Jawa pada saat itu. Baik dari seni, budaya, politik, ekonomi, itu semua tersentral di situ," jelasnya.
Menjadi sangat sakral, kata Surojo, karena dari Keraton Kartasura itulah seorang raja mampu mengendalikan pemerintahan, mengembangkan budaya, mengembangkan seni, hingga mengembangkan ajaran agama.
"Kebijakan-kebijakan muncul dari kedaton itu. Makanya Keraton Kartasura itu sangat sakral," ungkap Surojo.
Bahkan, kesakralannya masih sangat diyakini oleh generasi sekarang.