Langkah Desa Sukorejo Sragen Tekuni Biogas, Berbuah Mandiri Energi dan Perkuat Ekonomi
Desa Sukorejo di Kabupaten Sragen mengembangkan biogas dari kotoran sapi sehingga kini warganya telah mandiri energi.
Penulis: Daryono
Editor: Miftah
Pemerintah Desa tengah mengembangkan percontohan terintegrasi antara ternak sapi berbasis biogas, pertanian organik dan perikanan lele.
Pantauan Tribunnews.com, di lokasi percontohan ini, terdapat kandang sapi yang sudah dilengkapi dengan instalasi biogas.
Di sampingnya ada lahan tanaman padi serta kolam ikan lele.
Pada lahan tanaman padi itu dipasang pipa springkle.
Sementara di atas kolam ikan lele, dilengkapi pipa untuk pertanian hidroponik.
Sukrisno menjelaskan, dengan menggunakan diesel yang bahan bakarnya dari biogas, pupuk cair dari digester dan air dari kolam ikan lele dipompa menuju springkle sehingga bisa menyiram tanaman padi secara otomatis.
“Jadi di situ nanti terintegrasi. Tidak terputus. Kan tidak ada yang terbuang karena sampah-sampah dari pertanian dikasih ke ternak, sampah ternak untuk biogas. Kemudian air dari kolam ikan lele airnya untuk pertanian. Yang dari biogas ini juga pertanian. Akhirnya semuanya berputar di situ,” bebernya.
Menuju Transisi Energi dan Kemandirian
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan Pemerintah Jawa Tengah memang mendorong desa-desa di Jawa Tengah agar mandiri energi.
Hal itu dilakukan di antaranya melalui program Desa Mandiri Energi.
“Desa Mandiri Energi itu bila 60 persen energi di desa itu dicukupi dari potensi lokal yang ada di desa itu,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (28/6/2022).
Dijelaskan Sujarwanto, program Desa Mandiri Energi merupakan program nasional yang kemudian dipertajam di Jawa Tengah.
Baca juga: Menko Airlangga di Forum B20: Teknologi, Market dan Green Financing Komponen Penting Transisi Energi
Dalam implementasinya di Jawa Tengah, Desa Mandiri Energi dikategorikan menjadi tiga bagian yakni kategori Inisiatif, kategori Berkembang dan kategori Mapan.
Desa Mandiri Energi kategori Inisiatif apabila desa tersebut sudah memiliki inisiatif untuk memanfaatkan energi di desanya secara sistematis.
Kategori Berkembang apabila desa sudah memiliki upaya dan program yang jelas dalam kemandirian energi tetapi produksinya belum mencapai 60 persen.
Lalu, kategori Mapan apabila pemenuhan energi yang dikembangkan desa itu sudah mencapai 60 persen.
“Bagi desa yang sudah berkembang kita dampingi, desa yang mapan kita coba stabilisasi dan desa yang insiatif kita dorong,” ujarnya.
Untuk perkembangannya, kata Sujarwanto, saat ini sudah ada lebih dari 2300 desa di Jawa Tengah yang berstatus Inisiatif.
Kemudian untuk yang berstatus Berkembang masih belum banyak yaitu di bawah 100. Sedangkan untuk kategori Mapan masih di bawah 10.
Dengan banyaknya Desa Mandiri Energi, pemerintah berharap kemandirian energi di desa di Jawa Tengah betul-betul terwujud.
“Harapannya ini menjadi kesadaran masyarakat di desa-desa dan kemudian pemerintah daerah memprogramkan hal semacam itu. Sehingga pada saatnya semua desa, kalau semua siap menggerakkan (kemandirian) energi, maka saya yakin yang namanya kedaulatan energi itu akan tercapai,” ujarnya.
Potensi pengembangan energi terbarukan di Jawa Tengah, lanjut Sujarwanto juga masih sangat potensial.
Ada beragam jenis energi terbarukan yang sudah dikembangkan di Jawa Tengah mulai dari bioterma atau panas bumi, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), biogas, wind energy atau energi angin dan wafe energy atau energi tenaga gelombang laut.
Namun demikian, Sujarwanto mengaku pengembangan beberapa energi terbarukan seperti energi angin membutuhkan teknologi yang rumit dan dana yang cukup besar.
“Yang bisa dilakukan masyarakat biasanya memang yang skala kecil karena teknologinya mudah. Energi surya dan biogas ini yang banyak kita dorong agar masyaratakat bisa melakukan itu. Tapi kalau wind energy itu memang skalanya agak besar. Meskipun ada satu desa di Pulau Nusakambangan yang mengembangkan energi surya dalam bentuk komunal dan digabung dengan wind energy. Nah, wind energy-nya ini dibantu CSR perusahaan. Sehingga dia kuat sekali dari produksi energinya,” ungkapnya.
Baca juga: Apresiasi Pemerintah Subsidi BBM dan LPG, Pertamina Jaga Pasokan Energi
Khusus biogas, meski skalanya kecil, Sujarwanto terus mendorong agar desa-desa mengembangkannya.
Selain untuk kebutuhan energi, pengembangan biogas juga untuk mengatasi persoalan sampah.
“Biogas, ini memang skala kecil, tapi memang tujuan besarnya disamping energi juga mengatasi limbah. Istimewanya biogas di situ. Jadi tidak besar, tetapi tersebar dimana-mana,” katanya.
Selain tujuan kemandirian energi, karena yang dikembangkan dalam Desa Mandiri Energi ini adalah energi terbarukan, pemerintah ingin mengupayakan terjadinya transisi energi.
Yakni mengambil peran menggeser konsumsi energi yang bersumber dari fosil, minyak, gas dan batubara, beralih ke energi terbarukan.
“Tujuan keduanya adalah bagaimana untuk mengurangi ketergantungan energi fosil yang disubsidi dan mengurangi emesi gas karbondioksida. Artinya kita juga ingin pembangunan yang rendah karbon,” pungkasnya (*)