Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seorang Ibu di Surabaya Minta Agar Anaknya Diizinkan Mengamen oleh Wali Kota

Agus Riyani, seorang ibu di Surabaya, Jawa Timur sempat berencana menjual ginjal karena terhimpit beban ekonomi.

Editor: Erik S
zoom-in Seorang Ibu di Surabaya Minta Agar Anaknya Diizinkan Mengamen oleh Wali Kota
TRIBUNJATIM.COM/BOBBY KOLOWAY
Agus Riyani, seorang ibu di Surabaya Jawa Timur menceritakan kondisi ekonomi keluarganya Wali Kota Eri Cahyadi 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Agus Riyani, seorang ibu di Surabaya, Jawa Timur sempat berencana menjual ginjal karena terhimpit beban ekonomi.

Riyani menceritakan kondisi ekonomi keluarganya yang kesulitan dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari suaminya yang mengalami PHK hingga dirinya yang kesulitan modal kerja.

Baca juga: Resesi Ekonomi Mengancam, Analis: Kurangi Instrumen Saham, Perbanyak Cash

Diiringi isak tangis,  Riyani bercerita di hadapan Wali Kota Eri Cahyadi soal kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya. Curhatan itu disampaikannya dalam acara "Sambat Nang Cak Eri", Sabtu, (23/7/2022).

"Pak Wali... Abot Pak Wali," kata Riyani di hadapan Eri sambil tak kuasa menitikkan air matanya.

"Suami saya mulai kerja 28 Juni kemudian dipecat tanggal 18 Juli dengan alasan attitude. Usianya sudah 46 tahun, gaji suami saya Rp2,8 juta Pak Wali," kata perempuan 44 tahun ini.

Kedua, Riyani juga meminta bantuan modal usaha kepada Pemkot. Selama suaminya tak bekerja, pihaknya mengandalkan usaha dengan membuat kotak makanan berdasarkan pesanan beberapa pelaku UMKM lain.

"Saya dulu sempat akan menjual ginjal saya Pak. Tapi, oleh Ibu Risma (Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya sebelumnya) dilarang dan diminta tinggal di Rusun. Saat itu, saya juga dikasih modal oleh camat untuk usaha," katanya.

BERITA REKOMENDASI

"Sekarang, sebenarnya banyak pesanan tapi saya tidak bisa kerjakan karena modal nggak ada. Sudah suami nggak kerja, saya nggak bisa usaha," katanya.

Baca juga: Gara-gara Tumpahkan Gula, Bayi 2 Tahun Dibunuh Ibu Lalu Dibuang ke Hutan, Dicekik dan Mulut Dibekap

Ketiga, perempuan yang tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Romokalisari ini ingin meminta tenggat waktu pembayaran sewa rusun.

"Saya ini kontrak rusun pindah-pindah. Saya ini kontraktor, tukang kontrak (rusun) sana sini," katanya berseloroh sempat mengundang tawa peserta pertemuan lainnya.

"Saya minta waktu kemudahan membayar rusun Pak. Apalagi, saya punya anak yang Tuna Grahita, hanya bisa berteriak untuk komunikasi. Sering tidak diterima warga lainnya," katanya.

Untuk menyambung hidup, ibu tiga anak ini juga berharap Pemkot mengizinkan anaknya mengamen.

"Anak saya mohon diizinkan, boleh ngamen. Lumayan Pak bisa menambah penghasilan keluarga," katanya.

Baca juga: Ibu Pengantin di Tulungagung Jatim Hilang Saat Resepsi Pernikahan Anaknya: Ditemukan Tewas di Sumur

Mendengar curhatan ini Pak Wali menyiapkan sejumlah solusi.

"Tarik nafas dulu Bu. Sudah jangan nangis. InsyaAllah ada jalan," katanya.

Soal PHK yang dialami suami Riyani, Wali Kota menyiapkan sejumlah alternatif.

"Wis metu wae (sudah, keluar saja), nggak apa-apa. Ikut aku saja," kata Mas Eri memberikan jawaban.

Ia menjelaskan, Pemkot memiliki program padat karya. Warga dengan penghasilan rendah akan mendapatkan pelatihan kerja, mulai bertani, pengusaha tambak, hingga kegiatan ekonomi lainnya.

Baca juga: Penduduk Miskin di Jateng Berkurang 102 Ribu Orang

Pemkot menyediakan modal usaha hingga pelatihan kerja. "Bisa ikut saya untuk berusaha. Yang penting, mau kerja," katanya.

"Misalkan, kerja di tambak. Yang penting mau kerja. Bukan hanya suaminya, panjenengan (Anda) juga bisa ikut kerja dengan berjualan makanan, menjahit, atau kegiatan ekonomi lainnya yang bisa dilakukan di rumah," katanya.

Soal bantuan modal, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat. Menurutnya, zakat yang juga berasal dari ASN di pemkot Surabaya memang di antaranya diperuntukkan untuk membantu warga miskin.

"Ayo berdoa. Semoga bisa mendapatkan modal. InsyaAllah Nanti ada modal. Diberikan oleh Allah. Di antaranya lewat zakatnya orang Surabaya atau ASN Pemkot," katanya.

Terkait dengan tenggat waktu pembayaran Rusun, Mas Eri meminta warga tersebut berkirim surat ke Pemkot.

"Rusun memang ada pembayaran. Namun juga akan melihat. Kalau memang nggak mampu, ya tugas Pemkot untuk memberikan pekerjaan hingga warga menjadi mampu dan lulus dari MBR. Kalau nggak dapat pekerjaan, justru saya yang salah," katanya.

Baca juga: Wali Kota Eri Cahyadi Beber Kedekatan Puan Maharani dengan Kota Surabaya

Soal kebijakan memperbolehkan anak-anak ngamen, Mas Eri tegas menolak. Menurutnya, kewajiban anak adalah belajar. Sedangkan soal berkerja, menjadi tanggungjawab orang tua.

"Ojo oleh ngamen (Jangan boleh ngamen). Biar orang tua saja yang kerja. Surabaya adalah kota layak anak. Artinya, orang tua mengorbankan apapun untuk kebahagian anak," katanya.

Pemkot akan mendukung warganya hingga lulus dari MBR atau berpenghasilan di atas Rp4 juta.

"Kalau nanti penghasilan orang tua sudah di atas Rp5 juta, ngapain harus ngamen. Pokoknya Panjenengan (Anda) lebih sregep (rajin) Tahajud, lebih sregep Dhuha, InsyaAllah ada jalan. Tolong terimakasih kepada Gusti Allah," katanya.

Ibu ini menjadi satu di antara puluhan warga lainnya yang bertemu Wali Kota di Balai Kota Surabaya tiap Sabtu pagi.

Melalui forum "Sambat Nang Cak Eri", berbagai persoalan bisa disampaikan kepada orang nomor 1 di Surabaya ini.

Penulis: Bobby Constantine Koloway

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Suami Kena PHK, Seorang Ibu di Surabaya Sempat Mau Jual Ginjal, Memohon Anaknya Dibolehkan Mengamen

Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas