Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Dukung Indonesia, Angkat Tema Infrastruktur Kesehatan Global di KTT G20

Bruce menegaskan, selama sistem kesehatan global tidak diperbaiki, dunia tetap akan rentan terhadap bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in WHO Dukung Indonesia, Angkat Tema Infrastruktur Kesehatan Global di KTT G20
ist
Senior Adviser to Director Jenderal WHO Bruce Aylward 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendukung inisiatif Indonesia mengangkat tema infrastruktur kesehatan global sebagai salah satu agenda KTT G20 tahun ini di Nusa Dua, Bali. 

Hal itu dikemukakan Senior Adviser to Director Jenderal WHO Bruce Aylward.

Dia mengatakan, infrastruktur kesehatan global masih menjadi pekerjaan rumah terbesar negara-negara di dunia.

Hal ini terbukti ketika dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang tidak hanya menguncang sektor kesehatan, namun juga berdampak pada sektor ekonomi sehingga terjadi pelambatan dan bahkan aktivitas ekonomi terhenti.

Bruce menegaskan, selama sistem kesehatan global tidak diperbaiki, dunia tetap akan rentan terhadap bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Baca juga: Jokowi: Dunia Tidak Boleh Mengulang Kesalahan Saat Pandemi Covid-19, Kita Perlu WHO Bertaring

"Kita harus memperhatikan kesehatan masyarakat dunia. Kita membutuhkan penguatan dan stabilitas infrastruktur kesehatan global. Sungguh luar biasa Presidensi G20 Indonesia telah melihat dan mengangkat masalah ini sebagai isu prioritas.

Berita Rekomendasi

Kita tidak dapat menyelesaikan isu ini tanpa peran G20," kata Bruce pada acara diskusi virtual yang digelar Forum Merdeka Barat 9, Minggu 14 November 2022.

Bruce mengakui, G20 merupakan kumpulan negara-negara yang memegang 60 persen populasi dunia dan 80 persen negera-negara G20 merupakan raksasa ekonomi dunia.

Bruce menambahkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah adanya kesenjangan pada "Primary Health Care" atau Layanan Kesehatan Dasar yang mencakup hampir seluruh dunia, bahkan di negara-negara berpendapatan tinggi.

Padahal, layanan kesehatan dasar adalah hal yang penting dan menjadi kebutuhan bagi semua orang.

"Lebih dari 2 miliar orang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan dasar. Apa yang terjadi ketika pandemi seperti covid-19 menghantam, sistem kesehatan di seluruh dunia mengalami kerusakan. Karena kita berada dalam dunia yang saling terhubung, kita semua menderita," ujarnya.

Bruce juga menegaskan, masalah sistem kesehatan global membutuhkan kerjasama dan kolaborasi seluruh dunia. "Kita tidak dapat menyelesaikan masalah ini tanpa kerjasama dan kolaborasi seluruh dunia," kata dia.

Akses dan Ketersedian Pangan

Di kesempatan  sama, Chief Economics Organisasi Pangan PBB atau Food and Agriculture Organization (FAO) Maximo Torero mengatakan, tahun ini dunia sedang manghadapi tantangan terbesar yakni akses pangan.

Masalah ini muncul karena harga pangan yang kian mahal dan imbas dari konflik Rusia-Ukraina.

"Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan besar yang sangat luar biasa. Tahun ini kita mengalami masalah yang disebut "akses pangan" dan penyebabnya terjadinya kondisi ini adalah harga pangan yang kian mahal," ujar Maximo.

Maximo menyebutkan, kenaikan harga pangan tertinggi sepanjang sejarahterjadi pada bulan Maret tahun ini. Kendati sempat turun namun tetap tidak siginifikan sehingga harga pangan tetap dinilai tinggi.

Baca juga: WHO : Gelombang Baru Covid-19 Muncul di Eropa

Masalah akses pangan ini menutup pintu bagi masyarakat pada sumber-sumber pangan. Artinya, banyak masyarakat dunia tidak bisa membeli makanan. Hal itu yang membuat pihaknya menyebut ini sebagai masalah akses pangan.

"Artinya, masyarakat tidak punya banyak sumber pangan dan tidak akan bisa membeli makanan. Oleh karena itu, kita sebut ini sebagai masalah akses pangan," tukasnya.

Maximo menambahkan, masalah akses pangan ini terjadi selain karena pembatasan selama pandemi covid-19 untuk menekan laju penyebaran virus, juga karena perang Rusia-Ukraina.

"Kondisi ini terjadi setelah pandemi covid-19 dimana harga pangan tinggi dan makin meroket karena perang di Ukraina. Alasan utamanya adalah karena Federasi Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari 30 persen biji gandum untuk dunia. Sementara Federasi Rusia merupakan eksportir utama pupuk dunia," ujarnya.

"Jadi tahun ini masalah akses pangan. Tahun depan akan menjadi tantangan terbesar adalah ketersediaan pangan," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas