Wali Kota Blitar Mengaku Dianiaya Perampok, Ditendang dan Dipukul karena Tidak Tunjukkan Brankas
Wali Kora Blitar mengaku mengalami penganiayaan ketika terjadi perampokan. Hal ini terjadi karena ia tidak menunjukkan lokasi brankas.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Merasa panik, Feti langsung membangunkan Santoso dan para pelaku berhasil masuk kamar dengan merusak pintu.
Para pelaku yang berjumlah tiga orang langsung menyekap Santoso dan Feti dengan lakban.
“Ada tiga orang kalau tidak salah. Itu langsung nyergap saya dan istri saya. Kemudian, saya disuruh tengkurap, mulut dilakban, mata juga begitu,” jelasnya.
Pelaku meminta Santoso dan Feti menunjukkan brankas yang berisi uang tunai dan barang berharga.
"Brankas. Brankasnya Pak. (Brankas) bapak di mana?” kata Santoso menirukan ucapan perampok.
Awalnya Santoso enggan untuk memberitahu letak brankas dan ia mengalami penganiayaan karena tidak memberitahu lokasi brankas.
Namun, pelaku mengancam akan membuka baju istrinya jika tidak dituruti kemauannya.
“Saya berpikir, bagaimana keselamatan istri saya kalau sampai dia melakukan hal-hal yang tidak baik. Kan kasihan nanti,” pungkasnya.
Santoso terpaksa menunjukkan lokasi brankas yang berisi uang sekitar Rp 400 juta, jam tangan, handphone, dan sejumlah perhiasan milik Feti.
Perhiasan yang ada di tubuh Feti juga tidak luput dari perampokan.
Para pelaku kemudian meminta ditunjukkan lokasi ruangan CCTV dan pelaku membawa pulang kotak decoder CCTV.
Baca juga: Rumah Dinas Wali Kota Blitar Dirampok 5 Orang: Jaraknya Hanya 450 Meter dari Polres Blitar Kota
Setelah para perampok pergi, Santoso dan istri langsung berteriak minta tolong.
“Saya mencoba teriak minta tolong. Lha ternyata tidak ada yang merespons dari Satpol PP. Ternyata mereka sudah dilumpuhkan lebih dulu,” pungkasnya.
Alami Luka Penganiayaan