Awal Mula Konflik di Keraton Solo Selama 18 Tahun, Rebutan Takhta Setelah PB XII Mangkat
Ternyata, konflik di lingkungan keraton berawal saat meninggalnya Pakubuwono XII pada 12 Juni 2004 lalu.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Sri Juliati
LDA juga memberhentikan sang raja karena Hangabehi beberapa kali melakukan pelanggaran.
Baca juga: Sejarah Konflik di Keraton Solo, Berawal dari Perebutan Takhta Setelah PB XII Mangkat 18 Tahun Silam
Dewan Adat pun melarang raja dan pendukungnya memasuki keraton.
Pintu masuk raja menuju gedung utama Keraton Solo dikunci.
Tak hanya itu, akses masuk juga ditutup dengan pagar pembatas.
Pakubuwono XIII Hangabehi yang sudah bersatu dengan Tedjowulan pun tak bisa bertakhta di Sasana Sewaka Keraton Solo.
Saat Jokowi menjabat sebagai presiden, rekonsiliasi kembali dilakukan.
Presiden Jokowi mengutus Jenderal Purn Subagyo HS, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) untuk melakukan upaya rekonsiliasi.
Namun, upaya rekonsiliasi tersebut gagal.
Kisruh juga terjadi pada awal 2021 lalu, saat anak keturunan PB XIII terkurung di Istana.
Kejadian Sepekan Terakhir di Keraton Solo
Dalam waktu sepekan, ada beberapa kejadian yang terjadi di Keraton Solo.
Mulai dari kasus pencurian yang dilaporkan oleh putri Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, GRAY Devi Lelyana Dwi.
Lalu ada dugaan penganiayaan oleh GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani pada seorang sentana dalem.
Yang terbaru, ada kericuhan yang melibatkan dua kubu di Keraton Solo, yakni kubu Sasonoputro yang mengatasnamakan Raja Keraton Solo, SISKS Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi dan Lembaga Dewan Adat (LDA).
(Tribunnews.com, Renald) (TribunJateng.com, Inez)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.