Gunung Marapi di Sumbar Erupsi, Total 20 dari 47 Pendaki Sudah Turun, Sisanya Masih dalam Perjalanan
Total sebanyak 20 dari 47 pendaki dilaporkan sudah turun dari Gunung Marapi, Padang, Sumbar pasca erupsi yang terjadi pada Sabtu (7/1/2023) kemarin.
Editor: Dewi Agustina
Untuk itu, kata Teguh, peningkatan kewaspadaan harus dilakukan di 3 kilometer puncak Gunung Marapi.
"3 kilometer dari puncak itu, harus sudah steril, sebab sangat berbahaya dan harus waspada mengingat erupsi yang terjadi," kata Teguh, saat ditemui di kantornya di Belakang Balok, Bukittinggi.
Teguh menjelaskan, letupan erupsi yang terjadi itu, hingga kini belum berpengaruh atau berdampak kepada pemukiman di sekitar kaki Gunung Marapi.
Pihaknya bakal memantau kondisi terbaru terkait situasi di Gunung Marapi itu, apakah terjadi peningkatan status atau tidaknya.
"Hingga kini, Gunung Marapi sudah masuk status Waspada atau Level II. Data kami mencatat, fenomena erupsi itu juga tidak berdampak kepada pemukiman," terang Teguh.
Teguh menyebut, pemantauan yang dilakukan itu, menyangkut kepada kondisi gempa di lokasi sekitar, hingga peninjauan vulkaniknya.
"Apakah ada terjadi peningkatan atau tidaknya, lalu vulkaniknya dalam atau dangkal. Prakiraan itu belum bisa kita sebutnya, sebab masih terus pemantauan," ungkap Teguh.
Selain itu, Pos Pengamatan Gunung Marapi mencatat hingga kini telah terjadi 6 kali letusan erupsi di Marapi.
Baca juga: Cerita Penyandang Disabilitas Taklukan Gunung Marapi, Merangkak Senti Demi Senti hingga ke Puncak
Informasi tersebut dikatakan Teguh kepada TribunPadang.com saat ditemui di Pos PGA Marapi, Belakang Balok, Bukittinggi, Sabtu (7/1/2023).
"Sejak pagi hingga kini, tercatat sudah 6 kali letupan erupsi di Gunung Marapi itu," kata Teguh.
Teguh menyampaikan, letupan erupsi pertama kali diketahui pada 06.11 pagi, lalu yang terakhir ini pada pukul 12.30 siang.
"Hingga kapan selesainya erupsi ini, kita belum bisa memprediksinya, saat ini hanya fokus untuk mengamati saja," ungkap Teguh.
Teguh menyebut, fenomena pada gunung berapi itu agak unik. Soalnya, sangat susah untuk diprediksi bagaimana kelanjutannya.
"Bacanya itu harus berdasarkan data, jadi kita ikuti saja perkembangan datanya selanjutnya, serupa meninjau dari segi kegempaan, tremornya juga mesti dilihat," terang Teguh.