Para Terduga Teroris di Lampung Miliki Hubungan dengan Terpidana Bom Bali I, Sudah Lama Masuk DPO
Para terduga teroris di Lampung berperan menyembunyikan terpidana Bom Bali I, Zulkarnaen dan Upik Lawanga. Dua terduga teroris ditembak mati petugas.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Para terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Lampung memiliki hubungan dengan terpidana Bom Bali I, Zulkarnaen dan Upik Lawanga.
Mereka adalah bagian dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang sudah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar mengatakan, enam terduga teroris yang diamankan sempat menyembunyikan Zulkarnaen dan Upik Lawanga saat menjadi buron.
"Kelompok ini merupakan kelompok yang terkait jaringan Jamaah Islamiah. Yang jika kita flash back di tahun 2020 penangkapan tersangka Zurkarnaen dan Upik Lawanga."
"Kelompok yang di Lampung inilah yang bertindak sebagai penyelamatan dan menyembunyikan Zulkarnaen dan Upi Lawanga," ungkapnya, Kamis (13/4/2023), dikutip dari TribunLampung.co.id.
Baca juga: Densus 88 Ungkap Peran 2 Terduga Teroris di Lampung yang Ditembak Mati & 4 Terduga Teroris Lainnya
Sebanyak enam terduga teroris telah ditangkap, tapi dua di antaranya tewas tertembak karena melakukan perlawanan.
Satu terduga teroris yang tewas tertembak berinisial N alias BA.
N merupakan tokoh sentral dari kelompok JI yang diamankan di Lampung dan menjadi DPO sejak tahun 2016.
Selain melindungi terpidana Bom Bali I, N juga berperan sebagai orang yang menyimpan senjata api.
"N juga memiliki peran membuat bangker atau bengkel perakitan senjata," tandasnya.
Kombes Aswin Siregar mengungkapkan, alasan N ditembak mati karena menyerang aparat dengan menggunakan senjata api.
"Karena tersangka melakukan upaya perlawan terhadap petugas, sehingga petugas mengambil tindakan tegas terukur," pungkasnya.
Saat terjadi baku tembak, N menggunakan senjata api jenis M16 yang kini telah diamankan.
"Salah satu barang buktinya adalah senjata jenis M16 yang digunakan oleh tersangka dalam melakukan perlawanan terhadap petugas," tuturnya.
Sementara itu, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menjelaskan, para terduga teroris di Lampung sudah lama masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian.
"Pelaku ini bagian dari JI dan DPO sejak 2020 dan 2015, DPO karena melindungi figur JI di Lampung," jelasnya.
Baca juga: Baku Tembak Warnai Penangkapan Teroris di Lampung, 1 Anggota Densus 88 Tertembak
Brigjen Pol Ahmad Ramadhan mengungkapkan petugas telah mengantongi identitas para terduga teroris yang ditangkap.
"Adapun identitas tersangka adalah sebagai berikut atas nama inisial NG alias BA alias SA telah dilakukan tindakan tegas dan terukur sehingga mengakibatkan tersangka meninggal dunia."
"Kemudian yang kedua atas nama ZK juga meninggal dunia," tandasnya.
Para terduga teroris yang ditangkap dalam keadaan hidup yakni PS alias JA, H alias NB, AM, dan Ki alias AS.
Sejumlah barang bukti diamankan Densus 88 setelah proses penangkapan.
Barang bukti seperti senjata tajam hingga senjata rakitan kaliber sebesar 9 mm telah disita dari tempat persembunyian para terduga teroris.
Baca juga: Densus 88 Tangkap 6 Terduga Teroris Jaringan Jamaah Islamiyah di Lampung, Ini Identitasnya
Sosok Terduga Teroris yang Tewas Tertembak
Satu terduga teroris yang tewas tertembak mengenalkan dirinya kepada warga dengan nama Sambada.
Sambada bekerja sebagai petani kopi di Kampung Sendang Baru, Lampung Tengah.
Seorang warga Kampung Sendang Baru, Supar (48), tidak mengira orang yang dikenalnya selama 2,5 tahun merupakan terduga teroris.
Baca juga: Kronologi Dua Terduga Teroris Tewas dalam Penyergapan, Anggota Densus 88 Alami Luka Tembak
Menurutnya, Sambada beraktivitas seperti petani kopi pada umumnya dan tidak melakukan kegiatan yang mencurigakan.
"Yang kita tau dia petani kopi biasa, sebab perangainya sederhana dan kepada warga setempat membaur," ungkapnya, Kamis (13/4/2023), dikutip dari TribunLampung.co.id.
Meski tidak memiliki rumah di Kampung Sendang Baru, Sambada selalu beraktivitas di sana karena dekat dengan kebun kopinya.
Supar mengaku sering bertemu Sambada karena sama-sama bekerja sebagai petani kopi.
Bahkan Sambada juga sering terlibat dalam kegiatan warga setempat seperti perbaikan jalan secara swadaya hingga kerja bakti.
Ia mengaku mengetahui Sambada merupakan terduga teroris saat ada mobil ambulans yang mengangkut jasadnya.
"Kami tau dia adalah terduga teroris ya waktu dia dievakuasi dalam keadaan tewas dibawa turun dari kebun Register."
"Sekitar ada 30 sampai 40 orang (densus 88) yang berangkat, turun membawa seorang jenazah yang ternyata adalah Sambada," bebernya.
(Tribunnews.com/Mohay/Abdi Ryanda) (TribunLampung.co.id/Bayu Saputra/Fajar Ihwan Shodiq/Riana Mita)