Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Hentikan Penyelidikan Kasus Bima Kritik Lampung, Kata 'Dajjal' Tidak Menjurus ke SARA

Polisi menghentikan penyelidikan terhadap laporan terhadap Bima yang viral karena mengkritik Lampung.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Polisi Hentikan Penyelidikan Kasus Bima Kritik Lampung, Kata 'Dajjal' Tidak Menjurus ke SARA
Tangkapan Layar TikTok @Awbimax Reborn
Tiktokers, Bima Yudho Saputro. Polisi menghentikan penyelidikan terhadap laporan terhadap Bima yang viral karena mengkritik Lampung. 

Selain itu, Bima juga mengkritik jalanan di Lampung banyak yang rusak sehingga menganggu mobilitas ekonomi warganya.

Baca juga: Ginda Ansori Sebut Tak Laporkan soal Kritik Bima ke Lampung, Hanya Terkait Kata Dajjal

Pria dengan perawakan rambut ikal ini pun turut mengkritik pendidikan di Lampung sangat lemah.

"Jalan di Lampung adalah jalan untuk mobilisasi ekonomi, lalu ada satu kilometer jalan rusak, satu kilometer bagus".

"Terus jalan ditambal pemerintah, seperti permainan ular tangga. Sistem pendidikan di Lampung yang lemah," katanya.

Bahkan secara spesifik, Bima mengungkapkan adanya praktik penyebaran kunci jawaban Ujian Nasional (UN).

Ia menduga dibocorkannya kunci jawaban itu juga dilakukan oleh pihak pemerintah.

"Proses penyaringan peserta didik yang ada di Lampung juga banyak kecurangan. Bahkan yang berkontribusi itu orang yang bekerja di sektor pendidikan,".

Berita Rekomendasi

"Seperti dosen nitip anaknya, rektor nitip keponakannya. Ini apa sih, kunci jawaban mau Ujian Nasional (UN) tersebar, itu yang nyebarin kalau bukan dari pemerintah," ujar pria yang kini tengah melanjutkan studi perguruan tinggi di Australia tersebut.

Baca juga: Kombes Zahwani: Polisi Datang ke Rumah Orang Tua Bima Yudho untuk Melakukan Kegiatan Jumat Curhat

Bima juga mengkritik birokrasi pemerintah Lampung yang rumit serta penegakan hukum yang lemah.

Bahkan ia menyebut praktik suap sudah menjadi hal yang lumrah di pemerintahan Lampung.

"Tata kelola yang lemah, korupsi dimana-mana, birokrasi nggak efesien, hukumnya tidak ditegakkan dan lemah banget".

"Suap dan makanan sehari-hari, suap duit," tukasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas