Balita di Banten Masih Terbiasa Diberi Susu Kental Manis
Sampai saat ini kebiasaan minum kental manis sebagai susu oleh anak terutama balita masih banyak ditemukan di Provinsi Banten.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Sampai saat ini kebiasaan minum kental manis sebagai susu oleh anak terutama balita masih banyak ditemukan di Provinsi Banten.
Pemberian kental manis untuk anak dipicu karena kebiasaan dan pengaruh iklan puluhan tahun yang melekat di benak masyarakat padahal cara beriklan produk kental manis sudah mulai berubah sejak BPOM mengeluarkan aturan mengenai iklan dan label kental manis.
Ketua Bidang Advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Yuli Supriati mengatakan iklan kental produk kental manis yang menunjukkan cara minum diseduh sebagai susu memang sudah berubah.
“Dulu memang iklannya sangat menunjukkan minum kental manis agar anak sehat, minum setiap pagi dan lain sebagainya. Sejak diatur oleh BPOM, pelan-pelan sudah diiklankan sebagai topping, meski melalui kampanye sosial media kadang masih suka ditemukan pelanggaran,” papar Yuli dalam keterangannya, Kamis (25/5/2023).
Baca juga: Bayi Obesitas Bobot 27 Kilogram di Bekasi Tak Dapat ASI, Konsumsi Susu Formula dan Kental Manis
Meski ada perubahan cara beriklan yang harus diapresiasi namun sampai saat ini banyak PR bahwa ternyata pengaruh iklan kental manis sebagai susu di tahun-tahun sebelumnya itu, ternyata masih berdampak hingga saat ini.
"Masyarakat yang dulu mungkin di usia kecil atau muda terpapar pesan iklan tersebut, hingga kini ternyata masih tersimpan di benaknya bahwa kental manis adalah susu untuk anak. Alhasil, walaupun sekarang iklan sudah diatur, tapi kebiasaan itu masih dilanjutkan untuk anak-cucu mereka,” jelas Yuli.
Lebih lanjut aktivis kesehatan masyarakat ini menuturkan, kunjungannya ke beberapa wilayah di Banten adalah dalam rangka pendampingan penelitian konsumsi kental manis oleh balita yang dilakukan bersama kader PP Aisyiyah.
Terdapat 10 wilayah yang menjadi wilayah penelitian yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Warung Gunung, Leuwidamar, Cihara, dan Cibeber yang berada di wilayah Kabupaten Lebak. Kecamatan Labuan, Jiput, Cikedal, Cisata, dan Koroncong berada di wilayah Kabupaten Pandeglang.
Penentuan lokus penelitian tersebut berdasarkan prevalensi stunting wilayah yang masih tinggi.
Kabupaten Pandeglang misalnya, yang menjadi wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Banten berdasarkan SSGI 2022, yakni mencapai 29,4 persen. Di posisi ke-3 diikuti Kabupaten Lebak di peringkat ketiga sebesar 26,2%.
“Pada umumnya, yang kami temukan di sini relatif seragam, bayi dan balita mengkonsumsi makanan yang seharusnya bukan untuk balita seperti susunya pakai kental manis, snack dan makanan ringan bahkan gorengan,” ungkap Yuli.
Kesalahan konsumsi makanan dan minuman oleh anak, balita dan bayi tersebut tentu mempengaruhi tumbuh kembang mereka.
Jumsinah (40 th), warga Rangkasbitung misalnya. Berat badan anaknya yang berusia 1,5 tahun saat ini hanya 5 kg. Sang anak juga menderita flek paru. Sang ibu mengakui asupan sehari-harinya adalah gorengan.