Waspada, Kotak Infak Disebar Terduga Teroris di Solo Raya, Digunakan untuk Beli Bahan Peledak
Sebanyak 50 kotak infak diamankan Densus 88 dari para terduga teroris. Kotak infak dijadikan sumber pendanaan untuk membeli bahan peledak.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nuryanti
Sejak tahun 2008 hingga 2014, S berstatus anggota JAT, kemudian pada 2014 S menjadi pendukung simpatisan ISIS.
Sementara itu, PPID Densus 88 Anti Teror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar menyatakan S masih ada hubungannya dengan tersangka bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung.
Menurutnya S belajar merakit bom dari murid dokter Azhari.
"S ini adalah keturunan atau anak didik dari dedengkot ahli bom dan teror. Kita tahu dokter Azahari," bebernya.
S diduga ikut merakit bom yang digunakan tersangka Agus Muslim untuk melakukan aksi bom bunuh diri.
"Dalam kasus bom Astana Anyar, S bahkan mengantar sendiri, mengirim sendiri, barang paket yang akan di ledakan tersebut kepada AM," tuturnya.
Baca juga: Densus 88 Cari Bukti di Tempat Pembuangan Sampah Terduga Teroris di Pinggir Sungai di Boyolali
S Jarang Bersosialisasi dengan Warga
S ditangkap saat berada di jalan sekitar rumahnya pada Jumat (28/7/2023) lalu.
Berdasarkan keterangan dari ketua RT setempat, Ngadino, terduga teroris berinisial S dan anggota keluarganya memiliki profesi yang sama yakni penjahit.
"Bapaknya (S) itu penjahit, terus ngajarin (jahit) anak yang pertama terus sampai anak-anak yang lain," bebernya, Jumat (28/7/2023).
Ia menambahkan S merupakan sosok yang tertutup dan jarang berinteraksi dengan masyarakat.
"Orangnya tertutup. Tidak seperti kita-kita masyarakat biasa gitu," sambungnya.
Tidak hanya jarang berinteraksi dengan warga, S juga jarang terlihat salat berjamaah di masjid desa dan memilih berjamaah dengan kelompoknya.
"Kalau salat (wajib) di Musala sana, kalau Jumatan ke Masjid sana," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunSolo.com/Tri Widodo/Anang Ma'ruf)