Lubang Sumur Bor Warga di Purworejo Keluarkan Api, ESDM Bakal Kirimkan Tim
Warga Desa Nampu, Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah dikagetkan dengan sumur bor yang mengeluarkan api.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Warga Desa Nampu, Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah dikagetkan dengan sumur bor yang mengeluarkan api.
Pasalnya, sumur bor tersebut rencananya dibuat untuk melakukan irigasi ke sawah warga.
Namun bukan air yang keluar, justru gas dan api yang keluar.
Mengutip TribunJateng.com, lubang sumur bor tersebut berada di pinggir sawah milik warga Desa Nampu, Abi Nugraha.
Lubang sumur tersebut ternyata dibuat secara berkelompok antara Abi Nugraha dan Parmono (58).
Parmono sendiri memiliki lahan sawah di sebelah lahan milik Abi.
Baca juga: Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu Jadi Beban Industri Hulu Migas
"Memasuki musim tanam ketiga (MT3) kami memang harus bikin sumur bor, karena pengairan dari irigasi tidak mencukupi. Itu saya bikin sumur bornya gabungan sama tetangga," kata Parmono, pemilik sumur bor sekaligus Ketua RT 2 RW 1 desa setempat, pada Senin (7/8/2023).
Ia menceritakan, proses pembuatan sumur bor tersebut sudah berlangsung 10 hari yang lalu.
Namun proses pengeboran dihentikan lantaran air tak keluar hingga kedalaman 16 meter.
Padahal, air di sumur bor lainnya bisa keluar air di kedalaman 12-15 meter.
"Kalau sawah yang ada di selatan makam, rata-rata kedalaman sumur bor 12-15 meter terus keluar air. Lalu sawah saya kan di utara makam, dan itu memang susah cari airnya. Tapi fenomena lubang sumur keluar gas dan api baru kali ini terjadi, dari ratusan sumur bor di sekitar sini," jelasnya.
Lalu pada Minggu (6/8/2023) tengah malam, ia dan beberapa warga datang ke sawah dengan membawa pompa.
Ia bersama warga berniat memompa lubang sumur bor.
Sebelum dipompa, ia mencoba mengangkat pipa setinggi 30 sentimeter.
Baca juga: Sukarelawan Ganjar Serahkan Bantuan Sumur Bor Bagi Warga Terdampak Kekeringan di Lampung
Setelah pipa diangkat, tiba-tiba keluar semburan air setinggi dua meter.
"Kami senang karena air yang keluar lumayan deras. Airnya memang agak keruh, berwarna cokelat, ada sedikit lumpur. Di sana tadi malam sudah ramai karena airnya muncrat deras," katanya.
Air tersebut keluar hingga Senin pagi.
Namun, beberapa jam kemudian air berhenti keluar, digantikan gas dan lama-kelamaan keluar api.
Bersamaan dengan hal tersebut, terdengar juga suara bergemuruh dari dalam tanah.
Lokasi tersebut pun kini dipasangi garis polisi.
"Kami sudah mengantisipasi dengan memberikan batas garis polisi di sekitar lokasi sumur. Warga juga kami himbau untuk tidak mendekati wilayah itu," ucap Kapolsek Purwodadi, AKP Ponijo.
Kata ESDM
Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Serayu Selatan, Kabupaten Purworejo, Panut Priyanto mengatakan, gas yang keluar tersebut diindikasi sebagai gas rawa.
"Kemungkinan jenis gas yang keluar itu adalah gas rawa atau biogenic shallow gas (BSG). Itu kasusnya sama seperti yang terjadi di daerah Grobongan, Banjarnegara, Sragen, dan Karanganyar," ungkap Panut, dikutip dari TribunJogja.com.
Ia menuturkan, gas tersebut tidak berbahaya.
Gas rawa juga bisa dikembangkan menjadi kompor masyarakat.
Meski begitu, pihak ESDM akan mengirimkan tim untuk melakukan penelitian.
"Kami tinjau dulu lokasinya," pungkas Panut.
Panut menuturkan, pihaknya juga akan melakukan pemetaan gas.
Ia mengatakan, Jawa Tengah mempunyai potensi untuk mengembangkan gas.
"Sebenarnya, potensi di Jawa Tengah untuk mengembangkan gas itu sudah ada. Tapi kami harus kaji dulu apakah fenomena di Kabupaten Purworejo memiliki potensi besar,"
"Jangan sampai kami sudah mengambil keputusan tetapi ternyata itu tidak layak dikembangkan (sumber gas tidak melimpah). Karena kasihan masyarakat yang sudah diberi harapan tinggi ternyata zonk," jelasnya.
Panut menambahkan, penutupan sumur juga bisa saja terjadi untuk keamanan warga.
"Jadi gas yang keluar itu adalah gas metan (metana) atau gas rawa yang terbentuk karena endapan unsur hara (organik) di wilayah itu. Mungkin dulunya tempat itu adalah rawa-rawa, yang kemudian tertimbun-timbun selama ratusan tahun. Nah, gas itu muncul karena dipicu pengeboran sumur kemarin. Kalau ditutup kan cuma yang blok lubang sumur itu," terang Panut.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunJogja.com, Dewi Rukmini)