Kelangkaan Gas Elpiji Tidak Jadi Masalah Serius, Warga Desa Mundu Klaten Andalkan Biogas
Warga menggunakan energi alternatif biogas sebagai pengganti elpiji dan pembiayaannya pun dilakukan dengan sistem arisan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
“Di dalam kubah inilah terjadi proses fermentasi untuk menghasilkan gas terjadi. Gas hasil pengolahan tersebut akan dialirkan ke rumah melalui pipa kecil dan bisa langsung dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak,” tukasnya.
Baca juga: Gas Elpiji 3 Kg Langka, Pemerintah Akan Evaluasi Sistem Distribusi
Sementara itu, ampas hasil pengolahan biogas yaitu bio-slurry akan masuk ke kolam output. Ampas tersebut masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman atau dijual ke pihak luar.
Bio-slurry ini tidak berbau, tidak mengandung penyakit, bahkan kaya nutrisi dan manfaat dan untuk yang padat, biasanya kami pakai sebagai pupuk organik di sawah.
"Sementara yang cair, dikemas dalam satu wadah dan dijual ke pihak luar, satu di antaranya dijual sebagai pupuk tanaman bawang merah di Karanganyar," kata Suparno.
Suparno menjelaskan hasil biogas yang diperoleh dari pengolahan sangat beragam tergantung seberapa besar volume atau ukuran biodigester yang dibangun. Umumnya, warga membangun biodigester dengan volume 6 meter kubik dan 8 meter kubik.
"Kalau volumenya 6 meter kubik, biogas bisa dimanfaatkan untuk satu rumah dengan anggota keluarga sebanyak 1-6 orang. Sementara yang 8 meter kubik, bisa untuk dua rumah," katanya.
Dia menyarankan agar biodigester diisi setiap hari untuk menghindari pengendapan dan biogas dapat digunakan setiap saat.
"Sebaiknya memang diisi setiap hari, semisal telat satu atau dua hari nggak masalah namun, kalau lama nggak diisi, kotoran akan mengendap. Mau tidak mau, kotoran harus diencerkan dan dikuras secara manual," ungkapnya.
Baca juga: Atasi Kelangkaan, Ahok Ngaku Pertamina Sudah Banjiri Pasar dengan Elpiji 3 Kg
Menurutnya, keluarga yang memiliki dua hingga tiga ekor sapi, bisa menghasilkan biogas untuk keperluan memasak selama satu bulan.
“Artinya, keluarga itu bisa menghemat sekitar dua hingga tiga tabung elpiji ukuran tiga kilogram,” jelasnya.
Selain menghemat pengeluaran keluarga, dia mengemukakan pemanfaatan biogas sebagai pengganti elpiji tersebut juga sebagai solusi untuk penanganan limbah, khususnya kotoran sapi.
Penggunaan bahan bakar alternatif biogas dari kotoran sapi, menurutnya, selain untuk memasak juga dapat dimanfaatkan warga sebagai sumber penerangan rumah tangga.
“Jumlah instalasi biogas di desa kami saat ini sebanyak 38, tetapi ada 9 instalasi yang dipakai paralel untuk dua keluarga. Pemakaian biogas gas sudah mulai sejak 2014, sehingga jika terjadi kelangkaan dan kenaikan harga elpiji warga tidak pusing lagi,”kata Suparno.
Populasi ternak sapi di Kecamatan Tulung, menurut Suparno, sekitar 10 ribu sehingga, pasokan limbah untuk biogas tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan limbah ternak untuk biogas satu rumah tangga cukup dipasok dari 2-3 ekor sapi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.