Beri Solusi Cantik Pengairan Sawah Petani di 7 Desa, Pabrik AQUA Klaten Fasilitasi Pembentukan FRI
Pabrik AQUA Klaten yang bermitra dengan Gita Pertiwi memfasilitasi pembentukan FRI, untuk memajukan pertanian di Klaten, Jawa Tengah.
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Pabrik AQUA Klaten yang bermitra dengan Gita Pertiwi memfasilitasi pembentukan Forum Relawan Irigasi (FRI), bertujuan untuk memajukan pertanian di Klaten, Jawa Tengah.
Lebih tepatnya kolaborasi tersebut dilakukan untuk membantu pengaturan air dari Bendung Bagor agar terbagi merata ke semua lahan pertanian yang ada di Juwiring,
Diketahui sistem gotong royong yang dilakukan masyarakat petani di tujuh desa dalam memelihara saluran irigasi di Bendung Bagor yang berada di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, membuat pengairan persawahan tidak lagi pernah kering.
Ketua FRI, Sumartono mengatakan awalnya banyak petani di wilayah hilir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang tidak kebagian air.
Hal itu disebabkan karena masyarakat petani di tujuh desa yang ada di Kecamatan Juwiring bisa dengan seenaknya menutup dan membuka saluran air yang ada di Bendung Bagor.
Namun dengan adanya aksi kolaboratif tersebut, petani bisa menghemat biaya pengairan ratusan ribu per musim panen untuk biaya bahan bakar mesin pompa bor yang selama bertahun tahun digunakan untuk pengairan sawah.
Hal itu terjadi karena penyaluran air dari Bendung Bagor ini telah terbagi merata ke seluruh persawahan hingga wilayah hilir.
Sehingga bisa menjadi solusi cantik yang sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan pertanian Klaten yang dikenal sebagai sentra padi Jawa Tengah.
Sementara itu, Sumartono juga menyampaikan, pembentukan FRI itu dilegalisasi melalui peraturan bersama (Perkades) tujuh desa meliputi Desa Pundungan, Juwiring, Bulurejo, Kwarasan, Kaniban, Tanjung dan Bolopleret, untuk mengelola saluran irigasi secara kolaboratif.
”Dalam perkades bersama itu dituangkan banyak hal. Salah satunya agar setiap desa menerima hak masing-masing dalam pengelolaan saluran irigasi, termasuk melakukan pembersihan sedimen dan sampah di saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Hal itu untuk memastikan air dapat terdistribusi dengan baik hingga ke wilayah hilir yang memiliki panjang 3,6 kilometer,” tukasnya.
Di sisi lain, dalam perkades itu juga menyebutkan agar masing-masing desa memberikan stimulan kepada FRI setiap tahunnya.
Hal itu untuk mendukung dalam pengelolaan saluran irigasi yang melintasi 7 desa tersebut.
“Kini petani tidak lagi khawatir tidak kebagian air untuk mengairi lahan pertaniannya di musim kemarau sekalipun,” katanya.
Sebenarnya, kata Sumartono, sebelumnya sudah terbentuk Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) yang mengelola irigasi di tingkat desanya masing masing dan Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) dari tujuh desa yang sudah berjalan puluhan tahun.