Malangnya Nasib Sawah di Merangin, Dijadikan Tambang Emas yang Kini Persediannya Menipis
Sawah di sebuah desa bernama Sungai Pinang yang terletak di Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi kini sudah tak lagi hijau.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Lokasi Desa Sungai Pinang memang strategis untuk sawah dan PETI, karena bersebelahan dengan sungai. Inilah yang membuat warga desa tergiur dengan hasil PETI.
Umumnya mereka menyewakan lahan dengan sistem persenan dengan pemilik alat berat untuk PETI.
”Sistem persenan. 40 persen untuk pemilik lahan, sementara 60 persen untuk pemilik alat berat,” kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kantor Balai Benih Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin Mulihadi.
Namun saat ini, emas semakin sedikit di wilayah ini, sehingga lahan banyak yang ditinggalkan begitu saja tanpa bisa dimanfaatkan untuk menanam.
Padahal Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi, termasuk dalam wilayah penghasil beras.
Saat ini di Kecamatan Sungai Manau tercatat memiliki luasan sawah 616,19 hektar. Dan sawah ini tersebar di desa yang ada di kecamatan ini, yakni Desa Sungai Manau, Desa Sungai Nilau, Desa Bukit Batu, Desa Seringat, Desa Gelanggang, Desa Durian Pecah.
Kemudian Desa Tiangko, Desa Palipan dan Desa Benteng. Sementara Desa Sungai Pinang saat ini tak lagi memiliki sawah karena alihfungsi jadi lahan PETI.
Dikatakan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Kantor Balai Benih Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Merangin Mulihadi, dari 616,19 hektar sawah itu, paling banyak berada di Desa Bukit Batu dan Desa Tiangko.
“Yang paling sedikit di Desa Sungai Pinang, karena 5 tahun terakhir wilayah ini banyak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI),” katanya kepada Tribunjambi.com.
Namun, lanjutnya saat ini di Desa Sungai Pinang PETI sudah tidak menghasilkan. “Dulunya sawah, kemudian dicari emasnya, namun saat ini emas sudah tidak ada lagi,” imbuhnya.
Kondisi ini membuat warga desa disana, lanjut Mulihadi menjadi buruh atau bekerja bidang lain.
Namun untuk wilayah lain, seperti Desa Sungai Nilau, Desa Bukit Batu atau Desa Tiangko masih memiliki sawah yang cukup luas.
Dari luas sawah 616,19 hektar, terdapat 560 hektar yang berpotensi menghasilkan beras. “Yakni kisaran 5 ton per bulan, karena tidak semua sawah aktif ditanami warga,” kata Mulihadi.
Serupa wilayah yang lain, sawah di kecamatan juga ditanami dua kali setahun. Periode April-September dan Oktober-Maret. “Saat iini sedang musim panen. Karena sawahnya sawah tadah hujan dan irigasi, maka juga bergantung pada musim hujan,” bebernya.
“Musim kemarau sangat mempengaruhi musim tanam. Jika petani punya system irigasi sendiri (berupa kuncir air) maka musim kemarau tidak berpengaruh, tapi jika sawah tadah hujan, musim kemarau snagat berpengaruh,” imbuhnya.