Kaleidoskop 2023: Pilot Susi Air Kapten Philips 11 Bulan Disandera KKB, Bermula dari Pesawat Dibakar
Dalam foto tersebut, Philip mengenakan jaket dan celana pendek serta memiliki brewok panjang.
Editor: Erik S
Adapun untuk menyelesaikan masalah ini, Agus mengatakan, TNI di bawah kepemimpinannya akan menggunakan kekuatan smart power, yang terdiri dari kekuatan soft power dan hard power.
Ia mengungkapkan, soft power akan mengedepankan intelijen dan teritorial. Tujuannya untuk membantu percepatan pembangunan di wilayah tersebut, seperti membangun infrastruktur yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, Puskesmas, hingga fasilitas umum.
Baca juga: Disetujui DPR Jadi Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto Berjanji Bebaskan Pilot Susi Air
"Bahkan, sampai sekarang ada prajurit TNI yang mengajar. (Di masalah) Kesehatan itu sampai bawa jalan ke hutan, menyuntik (masyarakat). Kemudian juga (penanganan) stunting, kita ikut di situ," kata Agus.
Menurut Agus, kekuatan lunak akan dikedepankan lebih dulu dibanding kekuatan keras.
"Hard power juga digunakan, karena mereka itu bersenjata, jadi harus lawannya ya senjata. Tetapi saya bilang, kita kedepankan dulu soft power," ujarnya.
Diketahui, nasib Philips Mark Merthens masih belum jelas sejak pesawat yang dipilotinya dibakar KKB pimpinan Egianus Kogoya di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023.
Sejak saat itu, KKB kerap membawa Philips berkeliling Nduga hingga ke Kabupaten Lanny Jaya, dengan berjalan kaki. Hingga bulan November 2023, sudah 10 bulan pilot Susi Air tersebut disandera KKB.
Adapun Panglima TNI sebelumnya, Laksamana Yudo Margono akan menyerahkan kasus pilot Susi Air Philips Mark Merthens kepada suksesornya Jenderal Agus Subiyanto.
Baca juga: Soal Upaya Pembebasan Pilot Susi Air, Panglima TNI: Tak Mungkin Pakai Kekuatan Militer
Dalam proses pembebasan Philips, Yudo Margono sedari awal memang mengutamakan pendekatan dialog melalui sejumlah tokoh setempat.
"Kenapa enggak menggunakan kekuatan militer? Ini yang selalu saya antisipasi. Saya bisa, saya punya kemampuan, saya tahu posisinya, tapi nanti masyarakat yang jadi korban. Tentunya saya memikirkan, lebih baik ya kita dialog,” kata Yudo Margono.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.