Romo Markus Solo SVD Ziarah ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan Doakan Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Pastor Markus Solo Kewuta SVD melakukan ziarah khusus ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan untuk doakan korban erupsi gunung Lewotobi.
Penulis: Theresia Felisiani
Saat ini, dari pengamatan saya di media, pemerintah sudah sangat peduli, bertanggungjawab, setiakawan dan bersolidaritas. Pemerintah adalah aktor pertama yang memberikan peringatan dan mengevakuasi warga. Pemerintah pulalah yang menyiapkan berbagai camp pengungsi, membangun dapur-dapur umum, memobilisasi warga untuk mengungsi dan terus mengupayakan bantuan. Juga Gereja Katolik hadir dengan caranya. Sebuah kerjasama anntara pemerintah dan berbagai komunitas agama untuk urusan kemanusiaan ini tentu sangat didukung dan terus diharapkan. Dan lebih penting lagi bahwa semua pelayanan itu ditujukan kepada semua orang secara merata, tanpa memandang perbedaan apapun. Kemanusiaan selalu punya satu wajah, sekalipun manusia dilengkapi dengan berbagai jenis perbedaan lahiriah dan bathiniah.
“Dalam nuansa Laudato Si’ (Ensiklik Paus Fransiskus), gunung Lewotobi adalah bagian tak terpisahkan dari planet bumi yang adalah ‘rumah bersama’. Semoga gunung Lewotobi tidak membiarkan putera-puteri di bawah kakinya menderita terlalu lama, tetapi sudi mengembalikan kehidupan dan kebahagiaan mereka seperti sedih kala. Satu dalam doa dan harapan,”
Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Masih Khawatir Keluar Rumah
Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mengalami erupsi pada Sabtu pagi, 6 Januari 2024.
Sejumlah warga di Desa Boru Kecamatan Wulanggitang khawatir dan berdiri di luar rumah untuk menyaksikan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Selain itu, beberapa warga lainnya mengabdikan momen berlangsungnya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Imelda Buran Noba (50) Warga Dusun Bawalatang Desa Nawokote Kecamatan Wulanggitang mengatakan khawatir karena gunung Lewotobi Laki-laki terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik.
Dikatakannya, meski berada di posko pengungsian SMP Negeri 1 Wulanggitang namun saat terjadi erupsi beberapa warga khawatir dan panik karena aktivitas erupsi terus terjadi.
Kata dia, hanya pasrah di posko pengungsian karena tidak tahu kapan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini berakhir dan warga bisa pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Sebenarnya khawatir dan panik-panik juga karena kalau asapnya sudah mengepul di atas itu kami panik sudah, tidak tahu kapan berakhir," ujarnya
Dikatakan, dengan aktivitas gunung yang terus erupsi membuatnya trauma dengan erupsi yang membuat kepanikan warga pada 1 Januari 2024 lalu.
Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Tidur di Atas Bebatuan Beralaskan Terpal dan Tikar
Ribuan pengungsi di posko pengungsian erupsi gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Desa Konga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur mengeluhkan minimnya fasilitas di posko pengungsian.
Para pengungsi ini mengaku tidak nyaman tidur karena karena beralasan tikar dan terpal di posko milik kementrian sosial (Kemensos) Republik Indonesia.
Emi Bukan (39) warga Desa Nobo Kecamatan Ile Bura mengaku sudah tiga malam tidur di posko pengungsian hanya berasalkan tikar dan terpal seadanya.
Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Masih Khawatir Keluar Rumah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.