Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gagal Kantongi 100 Suara, Caleg PKS Setop Aliran Air Sumur Bor ke Warga, Ngaku Kalah Serangan Fajar

Penyetopan aliran air bersih ke rumah warga dilakukan empat hari pasca-Pemilu 2024.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Gagal Kantongi 100 Suara, Caleg PKS Setop Aliran Air Sumur Bor ke Warga, Ngaku Kalah Serangan Fajar
Ahmad Tajudin/TribunBanten
Warga RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten, mencari air bersih sejauh 1 kilometer (km) usai aliran air dari sumur bor Bukit Teletubbies disetop pemiliknya. 

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Warga RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten, terpaksa harus mencari air bersih sejauh 1 kilometer (km) usai aliran air dari sumur bor Bukit Teletubbies disetop pemiliknya.

Pemilik sumur bor tersebut bernama Sumedi Madasik, di mana dirinya maju pada Pileg 2024 untuk kursi DPRD Kota Cilegon.

Namun, Ia gagal karena suaranya kalah dengan calon separtainya.

Warga Cisuru yang bernama Buki menjelaskan, penyetopan aliran air bersih ke rumah warga dilakukan empat hari pasca-Pemilu 2024. Adapun, penyaluran air bersih dari pemilik sumur sudah dilakukan selama empat tahun.

Baca juga: Respons Menohok KPK Sikapi Fenomena Caleg Gagal Tarik Bantuan: Memang Transaksional Terjadi

Warga juga membayar Rp 10.000 per kubik kepada pemilik setiap bulan.

Menurut Buki, sebelum pencoblosan, pemilik bor meminta warga untuk memberikan dukungannya saat maju sebagai caleg.

Namun, banyak warga yang tidak memilih caleg dari PKS tersebut.

BERITA REKOMENDASI

"Beliau minta supaya dapat 100 suara dari kampung ini. Berhubung suaranya tidak sampai, akhirnya diputus sama dia," ucapnya di Cisuru yang dikutip dari Tribunbanten, Rabu (13/3/2024).

Padahal, tidak ada perjanjian antara warga dan pemilik untuk mendukungnya pada Pemilu 2204.

Warga lainnya, Satriah, mengakui adanya kesepakatan warga dengan si pemilik sumur bor pada saat Pemilu 2024.

Namun banyak warga kampung yang awam, sehingga tidak memilih Sumedi sebagai caleg.

Kini, kata Satriah, warga setempat hanya pasrah ketika pemilik menyetop aliran air bersih dari sumur bor.


Apalagi sumur bor itu milik pribadi, bukan pemerintah.

"Sekarang kita susah ngambil air. Harapannya dari pemerintah ada perhatiannya untuk kita, kalau bisa dibuatkan sumur bor biar kita tidak kesulitan air lagi," ujarnya.

Kalah Akibat Serangan Fajar

Meski mengakui menyetop saluran air ke rumah warga Cisuru, Sumedi Madasik membantah hal itu dilakukan sepihak setelah tidak lolos menjadi anggota DPRD Kota Cilegon.

Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.

"Memang saya caleg dan gagal. Mungkin Allah belum restui dan meridai saya untuk mewakili masyarakat yang seutuhnya," ucapnya.

Madasik mengaku tidak seperti caleg lain yang melakukan politik uang untuk membeli suara rakyat.

"Kurang lebih empat tahun saya bantu air bersihnya. Bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana ph-nya 7 itu luar biasa bahkan masyarakat Cisuru pun sendiri bisa mengonsumsi air bersih, termasuk saya dari sini," katanya.

Adapun Rp 10.000 per kubik yang dibayarkan warga, Madasik mengaku hanya menerima Rp 5.000 dan sisanya dikelola warga setempat, seperti untuk perawatan mesin dan beban listrik.

Namun, Madasik mengaku uang tersebut belum cukup untuk menutupi biaya listrik.

Dia mengklaim harus menggunakan uang pribadi untuk menutupi biayanya.

"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan. Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ujarnya.

Sebagai gantinya, Madasik berharap agar warga setempat bisa memilihnya pada Pemilu 2024.

Menurut dia, wajar baginya berharap besar kepada masyarakat setempat untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.

Dari jumlah sebanyak 140 warga yang masuk DPT, dirinya mengakui telah meminta sebanyak 100 suara.

"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara, wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," ucapnya.

Awalnya, warga setempat telah bersepakat untuk memilihnya saat Pemilu 2024.

Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih salah satu calon.

"Itu akibat serangan fajar," kata Madasik.

Dia mengaku penyetopan sementara itu bukan semata-mata karena gagal dalam Pileg 2024, tetapi karena tidak sanggup membayar beban listrik sumur bor yang selama ini ditanggungnya.

Pada 18 Februari 2024, Madasik telah mengundang tokoh masyarakat setempat untuk mencari solusi agar biaya listrik dan perawatan mesin ditanggung warga.

Madasik pun menawarkan biaya pengambilan air dari salurannya dinaikkan dari sebelumnya Rp 10 ribu per kubik.

"Saya berharap naik, supaya bisa menutupi kebutuhan biaya listriknya, ternyata sampai detik ini belum ada solusi," ujarnya.

Madasik menegaskan tidak memutus sambungan air.

Penyetopan ini, kata dia, hanya dilakukan sementara sampai ada solusi terbaik. 

Di tempat lain, Ahmad Rizal yang merupakan caleg DPRD Kabupaten Subang, sempat viral menyalakan petasan dan memBongkar Jalan akibat kalah dalam kontestasi 5 tahunan tersebut.

Rizal merupakan petahana DPRD Kabupaten Subang dengan raihan suara terbanyak pada Pemilu sebelumnya.

Belum lama ini Kang Dedi Mulyadi bertemu dengan pria yang akrab disapa Haji Rizal tersebut.

“Pemilu sekarang hanya dapat sekitar 4.600 suara, kalah 400 suara untuk masuk lagi,” kata Rizal kepada Dedi.

Selama menjabat sebagai anggota DPR, Rizal mengatakan, dia kerap membantu urusan pembangunan di desa yang masuk dalam Dapilnya.

Selain menggunakan dana dari anggaran negara, dia mengaku kerap mengeluarkan uang pribadi untuk pembangunan tersebut.

Rizal menambahkan, dia pun tak pernah memberi uang atau "serangan fajar" kepada warga selama periode Pemilu lalu, karena dia selalu membuktikan dengan kinerjanya selama menjabat.

Akan tetapi, Rizal harus menelan kekalahan pada Pemilu kali ini.

Selain suara yang terbelah, menurutnya, banyak warga memilih Caleg yang baru dikenal karena tergoda "serangan fajar".

"Putra daerah sama-sama kalah, yang menang bukan orang sini, orang Subang (Kecamatan Subang),” ujar Rizal.

Alasan Bongkar Jalan dan Nyalakan Petasan

Rizal mengungkapkan alasannya membongkar jalan dan tembok irigasi usai kalah pada Pemilu 2024.

Dia menjelaskan, tembok irigasi dibongkar oleh warga dari daerah lain.

“Urusan tembok irigasi itu permintaan dari RT 6 karena jadi banjir, bukan karena kalah, dibongkarnya oleh warga,” ucap Rizal.

Sementara jalan, lanjutnya, dia membongkarnya karena kesal dengan salah satu warga yang seolah menantangnya meski selama ini telah dia bantu.

“Orang itu setiap waktu dibantu, rumah dibantu, jalan dicor, kok tiba-tiba ngomongnya seperti menantang. Jadi karena satu orang itu saya jengkel. Jalan juga dibongkar tidak semuanya, hanya ke rumah dia saja,” jelasnya.

Terkait aksi menyalakan petasan yang sempat viral di media sosial, dia menyatakan bahwa hal itu hanya euforia.

Saat itu banyak warga datang kepadanya kemudian meminta petasan karena mengira Rizal menang Pemilu 2024.

"Jadi dewan 15 tahun bukannya menambah kekayaan, bukan tambah istri, malah yang ada sawah 120 hektar sudah habis untuk membangun dan membantu masyarakat," tutur Rizal.

"Istri juga tidak bertambah malah berkurang, dari asalnya 4, sekarang 2. Jadi sekarang mau fokus bertani lagi,” sambungnya.

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Mantan Caleg Setop Aliran Sumur Bor, Warga Cisuru Cilegon Harus Jalan Sejauh 1 Km untuk Air Bersih

Sumber: Tribun Banten
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas