Warga Sitaro Terus Berdoa dan Bernyanyi Lagu Rohani Saat Gunung Ruang Meletus
Erik langsung memanjatkan doa agar tanah kelahirannya, sanak saudara dan kerabat yang masih ada di Sitaro selamat.
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, SITARO - Gunung Ruang di Sitaro, Sulawesi Utara kembali erupsi Selasa(30/4/2024) dinihari sekitar pukul 01.30 Wita. Status Gunung Ruang kembali dinaikkan menjadi level IV atau berstatus Awas, setelah sebelumnya berstatus siaga.
Baca juga: Status Gunung Ruang Naik ke Level Awas setelah Erupsi Lagi, Warga Bakal Direlokasi dari Pulau Ruang
Berdasarkan Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tinggi kolom letusan Gunung Ruang kali ini mencapai 2.000 meter di atas puncak, atau 2.725 meter di atas permukaan laut.
Hujan abu dan batu serta bunyi gemuruh yang memekakkan telinga dirasakan warga Sitaro. Erik seorang warga Sitaro yang berada di Manado langsung memanjatkan doa agar tanah kelahirannya, sanak saudara dan kerabat yang masih ada di Sitaro selamat dan baik-baik saja.
Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Gorontalo dan Manado Ditutup, Siswa Dipulangkan dari Sekolah
"Doa saya agar Tuhan Yesus menjamah kami semua," ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan Frangky seorang warga Sitaro lainnya yang ada di Manado. Ia kini hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Tuhan.
"Yang bisa kami lakukan adalah berlutut minta belas kasih Tuhan Yesus," kata Frangky.
Baca juga: Pemerinta Kota Manado Pulangkan Siswa dari Sekolah Imbas Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang
Pendeta Welman Boba yang juga Ketua MPS Sinode GMIST dalam pesannya yang beredar di medsos juga mengajak semua warga berdoa.
"Kita semua, Penatua, Diaken, Pendeta untuk mengambil waktu dalam untuk berdoa bersama hari ini antara jam 12:00 hingga jam 13:00 di rumah atau di tempat -tempat yang telah ditentukan," kata dia.
Viral juga di medsos, ada warga yang menutupi kepala dengan panci, bantal serta busa. Dalam keadaan demikian, warga tak kehilangan iman.
Mereka menyanyikan lagu rohani "Indah rencanaMu" yang diiringi bunyi bebatuan menimpa seng rumah makin keras. Namun umat menyanyi kian keras.(Arthur Rompis)