Kenduri Budaya ke-31 di Jogja, Teguh Haryono: DBN Mengerucutkannya Menjadi Platform Kebudayaan
Daulat Budaya Nusantara (DBN) bersama Lesbumi NU menggelar Kenduri Budaya yang ke-31 dari rangkaian 99 lokasi Kenduri Budaya
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masih dalam suasana Syawalan, Daulat Budaya Nusantara (DBN) bersama Lesbumi NU menggelar Kenduri Budaya yang ke-31 dari rangkaian 99 lokasi Kenduri Budaya.
Kali ini karena lokasinya di dalam komplek Keraton Yogyakarta, tepatnya di Ndalem Yudhonegaran, maka Kenduri Budaya digelar dalam bentuk Ruwatan Negeri, Selasa 7 Mei 2024.
Konsepnya berbeda dari Kenduri Budaya sebelumnya yang digelar dengan agenda Umbul Donga, Sarasehan Budaya dan Pertunjukan Seni.
Baca juga: Kenduri Budaya 9 Lokasi Jelang Ramadan, Teguh: Lestarikan Tradisi Masyarakat Pesisir
“Ruwatan Negeri seperti ini pernah dilakukan disini (Ndalem Yudhonegaran) sekitar 26 tahun yang lalu. Alhamdulillah, hari ini bisa kita laksanakan kembali bersama Daulat Budaya Nusantara dan Lesbumi NU," ujar Bendara Raden Mas Sulaksamana, adik Sultan HB X yang lebih dikenal sebagai Gusti Bendara Pangeran Harya Yudhaningrat atau GBPH Yudhaningrat.
Menurut dia kita hanya melaksanakan suatu cara untuk supaya semoga dengan kehidupan dan penghidupan bernegara dan berbangsa ini bisa semakin baik dan semakin amanah.
"Perlunya kegotong royongan dalam bernegara dan berbangsa, agar menjadi negeri yang baldatun toyibatun wa robbun ghofur,” jelasnya.
Pagelaran Wayang Semalam Suntuk di Ndalem Yudhonagaran ini menceritakan lakon Makukuhan dengan tajuk Ruwatenang Nagarana atau Membangun Peradaban Masyarakat Merdeka, yang dibawakan oleh Ki dalang Suwondo Hadi Prayitno.
Ruwatan ini terbuka untuk umum dan juga mengundang para pemangku kepentingan pemajuan kebudayaan, mulai dari pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, komunitas dan wakil rakyat.
“Saya yakin dan kita semua yakin bahwa kita memang perlu ketahanan energi, kita perlu ketahanan pangan, kita perlu ketahanan kesehatan, tapi yang paling penting adalah ketahanan budaya. Merangkum perjalanan Daulat Budaya Nusantara selama ini kami mengkristalkannya kedalam sebuah platform, kenapa Platfrom? Karena agar mudah dikenali oleh generasi muda, terutama generasi milenial dan gen Z. DBN mengerucutkannya menjadi Platform Kebudayaan Nusantara” terang Dr Ir Teguh Haryono selaku Pakar Pertahanan Budaya dalam sambutannya sebagai pemrakarsa Ruwatan.
Dalam kesempatan yang saama, Ruwatan Negeri yang digelar di Yogyakarta juga sebagai acara penutupan dari rangkaian Rakornas ke-6 Lesbumi PBNU yang di laksanakan sejak tanggal 5 Mei 2024 di Pondok Pemuda Ambarbinangun.
Baca juga: Ketua PWNU DKI Jakarta Lantik Pengurus Lesbumi Masa Khidmat 2021-2026
Rakornas Lesbumi ini merumuskan peta jalan dan tujuan terjauh dari kebudayaan nusantara warisan para leluhur yang menempatkan etika sebagai prinsip berkebudayaan.
“Karena etika itu bagian daripada budaya dan Lesbumi itu, hampir paling bisa mencakup seluruh lembaha yang ada di PBNU itu ya Lesbumi. Mau masuk dimanapun itu Lesbumi oke,” terang Muhammad Hilal Al-Aidid selaku Wakil Ketua PBNU dalam Seminar Kebudayaan di Rakornas ke-6 Lesbumi NU.