Pesan Terakhir Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior, Ingin Angkat Derajat Keluarga di Bali
Kasus penganiayaan terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta dan mengakibatkan seorang taruna asal Bali tewas.
Editor: Abdul Muhaimin
Mulai dari kesan-kesan, hingga gambaran knalpot sepeda motor.
Selama ini Putu Satria memang dikenal memiliki kegemaran dengan motor dua rak.
"Baju ini tidak boleh diambil atau ditaruh ke bawah kata Rio. Ini kenang-kenangannya saat SMA," ungkapnya.
Ada satu hal yang membuat perasaan Rusmini saat itu kian terpukul.
Baca juga: 3 Tersangka Baru Kasus Taruna STIP Aniaya Junior hingga Tewas, Berperan Jadi Provokator
Yakni ketika ia menemukan catatan yang ditulis oleh Putu Satria di buku tulis.
Kemungkinan catatan itu dibuat saat Rio belum lama ini.
Dalam catatan tersebut, Rio mengungkapkan kepribadiannya.
"Saya orang yang mudah bergaul dan beradaptasi, kekurangan saya pelupa.
Saya dilahirkan untuk mengangkat derajat keluarga.
Tugas saya di keluarga adalah memberikan contoh kepada adik-adik saya.
Tugas saya kepada negara, adalah mengabdi dan membangun bangsa ini.
Tugas saya untuk diri sendiri adalah, menjadi seseorang yang bermanfaat pada lingkungan."
Demikian catatan Putu Satria yang ia tulis dengan tulisan tangan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Polisi Tetapkan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta, Ini Perannya
Membaca catatan itu, Nengah Rusmini tak kuasa menahan tangis.
Perasaanya begitu terluka, membaca catatan sang putra yang memiliki motivasi untuk mengangkat derajat keluarga, hingga menjadi contoh tauladan bagi adik-adiknya.
"Catatan ini baru saja saya baca. Saya dapat buku ini di kamar Rio. Saya berpikir, berarti apapun yang saya kasi tau, dijadikan motivasi oleh anak saya," ungkapnya sembari terisak.
Artikel ini telah tayang di TribunBali.com dengan judul Catatan Haru Putu Satria, 'Tugas Saya Berikan Contoh ke Adik-adik'