Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kesan Peserta Uji Kompetensi Wartawan PWI Surakarta: UKW Tidak Semenakutkan Itu!

UKW menjadi momok bagi sebagian wartawan. Tetapi ternyata, setelah menjalaninya, UKW tidak semenakutkan yang dibayangkan, kesan salah satu peserta.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Kesan Peserta Uji Kompetensi Wartawan PWI Surakarta: UKW Tidak Semenakutkan Itu!
PWI Surakarta
Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Surakarta, Jumat-Sabtu, 24-25 Mei 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - 24 Mei 2024 menjadi hari penting bagi jurnalis Tribunnnews.com, Sri Juliati, yang untuk pertama kalinya, setelah hampir 14 tahun bekerja di bidang jurnalistik, mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW).

Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Surakarta, digelar pada 24-25 Mei 2024 di Hotel Alila Solo.

Sebanyak 30 jurnalis dari berbagai media mengikuti UKW kali ini.




24 jurnalis mengikuti UKW jenjang Muda, jenjang yang paling awal, sementara 6 lainnya mengikuti UKW jenjang Madya.

Terdapat tiga jenjang dalam UKW, yaitu Muda, Madya, dan Utama.

Sebenarnya, untuk mengikuti UKW jenjang Muda, wartawan hanya perlu bekerja selama setidaknya satu tahun.

Syarat itu tertuang dalam Peraturan Dewan Pers tentang Standar Kompetensi Wartawan (SKW).

BERITA TERKAIT

Tetapi bagi Juli, sapaan akrabnya, butuh waktu 14 tahun untuk memberanikan diri mengikuti UKW.

Kepada Tribunnews.com, Juli menjelaskan alasan dirinya enggan mengikuti UKW sebelumnya, hingga kini akhirnya mencoba mendaftar.

"Ini pengalaman pertama ikut UKW," ujar Juli.

Sri Juliati saat mengikuti UKW PWI Surakarta, Jumat 24 Mei 2024
Sri Juliati saat mengikuti UKW PWI Surakarta, Jumat 24 Mei 2024 (PWI Surakarta)

Memang, semua permulaan itu sulit.

Seperti kata pepatah "every beginning is difficult," yang sering digunakan untuk menggambarkan tantangan yang muncul saat memulai sesuatu yang baru atau memulai perjalanan baru.

Erki Nool, atlet asal Estonia yang memenangkan medali emas di Olimpiade Sydney 2000, juga terkenal dengan quotes-nya, "Every beginning is difficult, but it gets easier from there on," meski tidak diketahui kapan tepatnya ia mengatakan kutipan tersebut.

Faktor kedua mengapa Juli baru mengikuti UKW sekarang yakni ketakutan jika tidak lulus.

"Takut tidak lulus, apalagi kan di UKW katanya ditanyin soal pasal-pasal," ujarnya.

Seperti "bocoran" yang didapatkan Juli sebelum mengikuti UKW, benar terdapat materi uji tentang memahami dan melaksanakan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Hukum/Undang-undang/Peraturan terkait Pers.

Materi itu barulah satu dari setidaknya 10 modul yang diujikan dalam UKW jenjang Muda.

Selain materi tentang Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Hukum/Undang-undang/Peraturan terkait Pers, masih ada lagi materi tentang:

- Merencanakan/Mengusulkan liputan

- Rapat Redaksi (Rapat Dengan Wartawan Madya)

- Mencari Bahan Liputan Acara Terjadwal (Menghadiri Konferensi Pers)

- Wawancara Cegat (Doorstop)

- Membangun Jejaring

- Menulis Berita

- Menyunting Berita Sendiri

- Wawancara Tatap Muka

- Menyiapkan Isi Rubrik

Kesepuluh materi tersebut juga tertuang dalam Peraturan Dewan Pers tentang Standar Kompetensi Wartawan.

Meskipun sudah mempelajari dan menghapal semua pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers, ketakutan Juli belum sirna, karena ada faktor lain, "nge-blank."

"Takutnya kalau udah grogi banget, jadi nge-blank semua," terangnya.

Lantas apa akhirnya yang mendorong Juli untuk mengikuti UKW tahun ini?

Seakan mendapat dorongan batin, Juli berkata, "Kayaknya ini nih waktunya, karena sudah tidak bisa menghindar."

Selain itu, keikutsertaan teman-temannya juga nampaknya membuat Juli semakin berani untuk ikut ujian kali ini.

"Teman-teman banyak yang ikut," ungkapnya.

Saat pertama kali mengikuti ujian pun, Juli mengaku deg-degan.

Tetapi perasaan itu langsung hilang ketika ia bertemu dengan penguji.

"Entah kenapa muncul keyakinan pasti lulus dan bisa melalui ujian," ujarnya.

Ujian hari pertama pun dilaluinya dengan lancar.

Juli bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar Kode Etik Jurnalistik (KEJ), UU Pers, dan aturan lainnya.

Kelancarannya melewati ujian hari pertama tak lepas dari fakta bahwa sebenarnya, yang diujikan adalah rutinitasnya sehari-hari di kantor, seperti membuat perencanaan liputan hingga menulis berita.

Materi uji lainnya yang menjadi kekhawatiran Juli adalah membangun jejaring atau relasi.

Di UKW, peserta diminta menghubungi beberapa narasumber untuk membuktikan bahwa peserta memiliki hubungan yang baik dengan narasumbernya.

Juli pun awalnya takut narasumbernya tidak mengangkat teleponnya.

Ternyata hasilnya di luar dugaan, semua narasumber menjawabnya.

Ia pun menjadi yang pertama dinyatakan lulus atau berkompeten sebagai wartawan jenjang muda di kelompoknya.

Ketua PWI Solo: Jangan Takut

Anas Syahirul Alim (dua dari kiri) saat menjadi penguji UKW PWI Solo 24-25 Mei 2024
Anas Syahirul Alim (dua dari kiri) saat menjadi penguji UKW PWI Solo 24-25 Mei 2024 (PWI Surakarta)

Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul Alim, yang sekaligus menjadi salah satu penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Solo pada 24-25 Mei 2024, menjelaskan sedikit mengenai pentingnya UKW.

Menurut Anas, UKW bukanlah satu-satunya alat untuk menilai atupun meningkatkan kompetensi wartawan.

Di samping UKW, masih ada pelatihan-pelatihan untuk wartawan, jelas Anas di sela-sela pengujian UKW, Sabtu (25/5/2024).

Tidak lolos UKW bukan berarti akhir dari segalanya, tambahnya.

UKW pada dasarnya berisi hal-hal mendasar yang harus dipahami, dimiliki, dan dikuasi oleh seorang wartawan.

Wartawan dituntut memiliki kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill).

Keterampilan (skills) mencakup kegiatan 6M, yakni Mencari, Memperoleh, Memiliki, Menyimpan, Mengolah, dan Menyampaikan informasi.

Melakukan riset/investigasi, analisis/prediksi, serta menggunakan alat dan teknologi informasi juga termasuk bagian dari skill.

Sementara itu, yang dimaksud pengetahuan (knowledge) adalah pengetahuan umum, teori dan prinsip jurnalistik, serta pengetahuan khusus.

Hal lain yang tak kalah pentingnya yang perlu dimiliki wartawan yakni kesadaran (awareness), yang meliputi etika dan hukum, kepekaan jurnalistik dan jejaring atau lobi.

Uji Kompetensi Wartawan (UKW) mencakup hal-hal itu semua.

Peserta diwajibkan mendapatkan nilai 70 dari 100 di masing-masing mata uji.

Jika ada satu saja yang nilai mata ujinya di bawah 70, maka peserta dinyatakan gagal.

Anas menyebut, peserta yang dinyatakan tidak lolos bisa melihat di mata uji bagian mana yang ia dirasa kurang.

Sehingga, ia diharapkan bisa memperbaikinya dan kembali mengikuti ujian di kemudian hari.

Seberapa penting sertifikasi wartawan?

Berdasarkan Peraturan Dewan Pers Nomor 03/Peraturan-DP/XI/2023 tentang Standar Kompetensi Wartawan, uji kompetensi wartawan memiliki tujuan yakni:

1. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas wartawan

2. Menjaga harkat dan martabat kewartawanan sebagai profesi khusus penghasil karya intelektual

3. Menjadi acuan evaluasi kinerja wartawan untuk memenuhi tuntutan zaman

4. Memberikan nilai lebih kepada wartawan sehingga bisa berperan strategis dalam industri pers dan konvergensinya

5. Menghindarkan penyalahgunaan profesi wartawan

6. Memberikan bekal kepada wartawan terlibat aktif dalam upaya menegakkan kemerdekaan pers untuk kepentingan publik.

Hal senada disampaikan Anas, yang menjelaskan lebih jauh mengenai seberapa penting sertifikasi wartawan.

Untuk manfaat prosedural, akan terlihat berapa wartawan yang kompeten di perusahaannya, akan terlihat komposisinya, ujar Anas.

Lantas bagaimana dengan wartawan yang belum mengikuti UKW? Apakah mereka tidak diakui sebagai wartawan?

"Tetap diakui," tegas Anas.

"Tetapi tidak ada alat ukurnya."

"Ibaratnya wartawan yang sudah lulus UKW adalah wartawan yang ber-SNI."

Anas pun memberikan pesan kepada para wartawan yang belum mengikuti UKW atau yang takut mengikuti UKW.

"Nggak apa-apa sebenarnya," ujarnya.

"Jangan takut. Ujian bisa diulang."

"Yang penting dicoba dulu."

Sebagai informasi, peserta yang dinyatakan tidak lulus UKW, dapat kembali mengikuti ujian enam bulan setelahnya.

Selain itu, Anas juga menjelaskan adanya banding yang bisa diajukan peserta yang tidak lulus.

"Ada banding, nanti diajukan ke Dewan Pers."

Juli juga menyampaikan pesan yang sama untuk wartawan lain yang belum mengikuti UKW karena takut.

"Nggak perlu, khawatir, apalagi sampai mikir yang macam-macam, nggak bakal lulus. Karena materi ujiannya sama seperti pekerjaan kita sehari-hari," ujarnya.

Tetapi jika ingin hasilnya maksimal, saran Juli, harus ada persiapannya dulu.

Misalnya mulai membaca-baca lagi soal UU Pers, Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan memperkuat relasi.

Ketika ditanya apakah UKW semenakutkan itu, Juli menjawab singkat, "Sama sekali tidak."

Juli bahkan berniat melanjutkan UKW ke jenjang berikutnya, yaitu jenjang Madya setelah mencapai persyaratan yang dibutuhkan, 3 tahun setelah mengikuti UKW jenjang Muda.

Juli telah merasakan besarnya manfaat mengikuti UKW.

Pertama, Juli mendapat tambahan relasi baik dari teman-teman peserta UKW maupun dari penguji.

Kedua, namanya terdaftar sebaga wartawan berkompeten di Dewan Pers.

"Itu rasanya bangga sekali," ungkap Juli.

Selain itu, Juli juga mendapat pengetahuan, informasi baru dari penguji yang merupakan wartawan senior.

Pengalaman seperti itu pastinya sulit didapatkan dari tempat lain.

Kesan dan Pesan Peserta Lain

Ayu Miftakhul Husna (paling kiri) saat mengikuti UKW PWI Solo 24-25 Mei 2024
Ayu Miftakhul Husna (paling kiri) saat mengikuti UKW PWI Solo 24-25 Mei 2024 (PWI Surakarta)

Peserta lainnya, Ayu Miftakhul Husna, juga memberikan kesan dan pesannya menjalani UKW.

Ditemui setelah UKW selesai, Ayu mengaku dirinya tidak expect sama sekali untuk mendaftar, mengikuti ujian dan akhirnya dinyatakan lulus.

Ayu mengatakan sebelumnya dirinya belum paham betul apa itu UKW dan apa pentingnya UKW bagi seorang wartawan.

Tetapi akhirnya ia pun mencoba mendaftar.

Sebagai persiapan, Ayu mempelajari Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan UU Pers.

Ia pun mencari info atau kisi-kisi materi apa saja nanti yang akan diujikan.

Ditanya soal materi UKW yang paling sulit, Ayu menjawab, "mempertahankan jejaring."

Menurutnya, menjaga relasi dengan narasumber adalah hal yang paling sulit karena tidak setiap hari ia berkomunikasi dengan para narasumbernya.

Setelah mengikuti UKW, Ayu menyebut dirinya baru sadar manfaatnya.

"Awalnya mikir... UKW buat apa sih. Tapi setelah menjalaninya, ternyata nilai profesionalisme kita dihargai di sini. Ada perannya gitu sebagai seorang wartawan."

Merasakan manfaat UKW, Ayu jadi bisa mencoba hal baru setelah sekian lama bekerja di depan komputer "yang ritmenya gitu-gitu aja."

Ia pun juga menambah banyak relasi.

Ketika ditanya apakah UKW semenakutkan yang dibayangkan, Ayu menjawab, "Awalnya iya."

"Apalagi ada isu-isu 'banyak yang nggak lulus lah, pengujinya ini lah itu lah'."

"Hari pertama mungkin saya masih agak takut, karena vibe-nya tegang."

"Tapi setelah itu bisa cair."

"Dan beruntungnya pengujinya juga enjoy."

"Jadinya ya udah, dijalani aja."

Untuk teman-teman yang belum ikut UKW, Ayu berkata, "Ikut, deh."

"UKW itu kayak pekerjaan sehari-hari dan seru aja kita bisa melewati tantangan-tantangan, ujian-ujian gitu."

Sama seperti Juli, Ayu juga menekankan bahwa UKW tidak seseram yang dibayangkan.

"Nggak serem kok. Mungkin kita cuma takut, overthinking aja nggak lulus."

UKW PWI Surakarta 24-25 Mei 2024 Memecahkan Rekor, Sertifikat Terbit Satu Jam setelah Penutupan

Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar di Hotel Alila Solo pada 24-25 Mei 2024 agaknya memberikan kesan tersendiri bagi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Betapa tidak, ini menjadi pertama kalinya sertifikat peserta terbit hanya dalam waktu satu jam setelah penutupan UKW.

Karena sebelum-sebelumnya, sertifikat peserta baru keluar setelah beberapa hari bahkan beberapa bulan.

Kecepatan penerbitan sertifikat ini tak lepas dari ketertiban administrasi.

Selain itu, nama peserta yang lulus juga langsung terdaftar di situs Dewan Pers.

"Ini pecah rekor. UKW tertertib administrasi dan tercepat dalam penerbitan UKW. Satu jam setelah ditutup sertifikat sudah terbit," ujar Direktur UKW PWI Pusat, Firdaus Komar dalam pers yang diterima Tribunnews.com.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas