4 Kejadian Ular Telan Manusia di Sulawesi, Ada Jasad Korban Ditemukan Utuh dengan Pakaian dan Sepatu
Kejadian ular piton memakan manusia 'bulat-bulat' di Sulawesi bukanlah kejadian pertama. Ada empat peristiwa serupa lain yang pernah terjadi.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Kronologi
- Ia tak pulang ke rumah setelah pamit pergi menjual hasil panen cabai dan kakao ke pasar.
- Noni (50) sang suami bersama sejumlah warga sempat mencari keberadaan Farida.
- Mereka pun menemukan barang-barang milik Farida di areal perkebunan. Namun, yang bersangkutan tidak terlihat batang hidungnya.
- Ketika dalam proses pencarian Noni menemukan seekor ular piton yang tak berdaya dengan ukuran perut sangat besar.
- Ia curiga kalau sang istri ditelan ular tersebut.
- Untuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan, Noni kembali ke desa dan menceritakan ular besar yang dilihatnya.
- Noni bersama warga desa kembali ke perkebunan dan mendapati ular tersebut.
"Mereka belah ular piton tersebut dan menemukan tubuh korban," kata Kepala Desa Kalempang Suardi seperti diberitakan Banjarmasinpost.com.
Bagaimana ular bisa memakan manusia?
Sejauh ini ular yang menelan manusia, di Indonesia, jenisnya sama, ular sanca kembang (Python reticulatus), tambah Herna.
Jenis ular ini ada di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali di Papua. Itu karena dulunya daratan Papua terhubung dengan Australia, karenanya flora dan faunanya lebih mirip dengan yang ada di Australia.
Mereka memangsa mamalia ukuran besar, yang bisa 10 kali lebih besar dari ukuran mulut mereka, kata Herna.
Ular pada dasarnya tidak bisa membeda-bedakan sasaran, melainkan menyergap mangsanya dengan sensor panas.
"Habitat hewan mulai dirambah, mamalia kecil maupun besar tersingkir atau jadi lebih terbatas untuk jadi makanan ular. Nah, ketika hewan mangsa mereka entah di mana, yang muncul adalah manusia, mereka menyerang," katanya pula.
Ular piton atau sanca melumpuhkan lawan atau mangsa dengan melilitnya, dan menghancurkannya, membunuhnya sampai mati lemas atau menderita serangan jantung.
Ular piton tidak mengunyah makanan mereka, mereka harus menelan utuh mangsanya.
Rahang mereka dihubungkan oleh berbagai ligamen yang sangat fleksibel, sehingga rahangnya mampu meregang jika memakan mangsa dalam ukuran besar.
"Faktor yang membatasi adalah tulang belikat manusia karena mereka tidak bisa dilipat," ujar Mary-Ruth Low, staf konservasi & riset dari lembaga Wildlife Reserves Singapore sekaligus pakar ular piton mengatakan kepada BBC dalam wawancara beberapa waktu lalu.
Menurut Herna, ular sanca biasanya menanti di atas pohon, untuk kemudian ketika mangsanya lewat dia akan menjatuhkan diri, lalu membelitnya. (Tribun/BBC/Kompas).