FIB Unsoed Gelar Seminar Tentang Peran Keris dalam Peradaban dan Pembentukan Karakter Bangsa
FIB Unsoed gelar seminar yang mengupas tuntas peran keris dalam peradaban dan pembentukan karakter bangsa dalam rangkaian Festival Gamelan Banyumas.
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Laboratorium Pertunjukan dan Seni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman (FIB Unsoed) menggelar seminar tentang keris, Rabu (28/8/2024).
Seminar dengan tema "Keris, Peradaban, dan Karakter Bangsa" ini merupakan satu di antara agenda penting dalam rangkaian Festival Gamelan Banyumas.
Dalam seminar tersebut, para akademisi, budayawan, hingga mahasiswa yang mengupas tuntas peran keris dalam peradaban dan pembentukan karakter bangsa.
Abdul Kholik yang menjadi keynote speaker mengatakan, keris merupakan salah satu budaya bangsa yang diakui secara internasional.
"Keris sudah menjadi warisan budaya non bendawi yang diakui oleh UNESCO. Artinya produk budaya bangsa yang secara internasional sudah diakui. Sehingga kita mempunyai tanggungjawab untuk terus mempertahankan atau nguri-uri," kata anggota DPD RI dalam rilis yang diterima Tribunnews.com.
Acara yang melibatkan Pusat Riset (Pusris) Dayalogama, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed ini juga menghadirkan Afrizal Fadli Azizi.
Ia adalah seorang Mpu Keris Banyumasan yang berbagi wawasan tentang teknik pembuatan keris serta maknanya dalam budaya Jawa.
Hadir pula Agus Margiwiyatno, dosen di Fakultas Pertanian Unsoed yang membahas keris dari sudut pandang sejarah dan budaya.
Sementara Era Prima Nugraha yang merupakan anggota Komite Jaringan dan Antar Lembaga wilayah Banyumas, memberikan paparan mengenai pelestarian budaya Banyumasan.
Dekan FIB Unsoed, Ely Triasih Rahayu mengaku sangat mendukung kegiatan pelestarian budaya, misalnya melalui kegiatan seminar.
Ia berharap FIB semakin mengokohkan perannya dalam bidang pelestarian budaya khususnya di wilayah Banyumas.
Sementara itu, Rektor Unsoed Prof Akhmad Sodiq menyampaikan generasi saat ini adalah generasi yang hidup di era disrupsi serta memiliki tantangan utama yaitu transformasi digital.
"Di bidang akademik, tantangan berkaitan dengan kebijakan lulusan/mahasiswa harus memiliki Higher Order Thinking Skills yaitu skill yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi, critical thinking dan problem solving, kemudian berkaitan kualitas karakter," kata dia.
Baca juga: Spot Baru Mahasiswa untuk Adu Kreativitas, The Gade Creative Lounge by Pegadaian Hadir di Unsoed
Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro yang ikut hadir dalam seminar, mendukung dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk kemajuan objek kebudayaan di wilayah Banyumas.
Upaya tersebut terwujud dengan beberapa langkah strategis, di antaranya perlindungan kebudayaan, pengembangan kebudayaan, pemanfaatan kebudayaan, dan pembinaan kebudayaan.
Hanung mengatakan, keris sebagai budaya peradaban yang sarat akan makna dan nilai.
Keris juga menjadi salah satu pedoman baku dalam berpikir dan berperilaku sehingga turut membentuk identitas dan karakter masyarakat Indonesia.
"Keris senantiasa dihadirkan dalam setiap sendi dan fase kehidupan manusia (daur hidup) semenjak manusia masih di kandungan (mitoni), kelahiran (sepasaran), pertama kali seorang anak menginjakkan kakinya ke tanah (tedak sinten), sunatan, pernikahan, hingga menjadi sarana bekal kubur."
"Keris senantiasa ada dalam setiap upacara adat spiritual yang bersifat sakral," kata Hanung.
Ia menambahkan, keris juga sebagai karakter bangsa yaitu mencerminkan hubungan manusia dengan penciptanya, mencerminkan karakter bangsa yang percaya pada Tuhan Yang maha Esa.
Acara tersebut juga mengumumkan para pemenang Festival Gamelan Banyumas yang diikuti 34 peserta tim gamelan SMA/K di seluruh wilayah Indonesia.
Hasilnya, juara 1 diraih SMKN 8 Surakarta; juara 2 SMKN 3 Banyumas; dan juara 3 yaitu SMAN 1 Ponorogo.
Penampilan grup gamelan Laras Budaya dalam tembang Panembrama Babad Banyumas juga menjadi penampilan yang paling ditunggu.
Selain itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sentra turut memeriahkan acara dengan mengiringi tembang yang diciptakan seorang dosen FIB, Exwan Andriyan Verrysaputro berjudul "Lan Wiji Jiwa Jawi". (*)