Semangat Bidan Dini, Atasi Masalah Kesehatan Ibu-Anak di Desa Terpencil, Pendekatan jadi Kunci
Tujuh tahun menjadi bidan di sebuah desa terpencil di NTT, Theresia Dwiaudina sukses mengatasi masalah kesehatan ibu-anak, termasuk stunting.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Bahkan jika perlu Dini menyusul ke ladang, kebun, mencuri-curi waktu luang warga dan membujuk mereka agar mau memeriksakan kesehatan.
Ia pun aktif di kegiatan gereja dan sekolah dengan menyisipkan edukasi-edukasi seputar kesehatan. Dini juga menggalakkan kegiatan posyandu dengan menumpang di teras rumah warga.
Hasilnya, kehadirannya perlahan mulai diterima seiring dengan sejumlah pendekatan yang dilakukan. Kehadirannya tak lagi dipandang sebelah mata.
Sebagai bentuk pendekatan, ia membawakan daun sirih dan buah pinang pada mama dukun. Dini bilang, tak ingin mematikan mata pencaharian sang dukun. Ia justru menawarkan 'kolaborasi' dengan mama dukun untuk membantu proses persalinan.
"Saya bantu ibu hamil ketika persalinan dan mama dukun bantu urus anak. Jadi kerja mama lebih ringan, jadi bekerja pun tidak ada yang saling menyakiti," kata Dini.
Pelan-pelan, sejumlah ibu hamil mulai percaya pada Dini. Mereka mulai membuka diri dan tak sungkan diperiksa. Mereka juga mau melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan dan dibantu bidan.
Hanya saja karena lokasi puskesmas yang cukup jauh, Dini tak menyangkal, ada ibu hamil yang melahirkan di atas kendaraan yang hendak mengantarnya ke fasilitas kesehatan (faskes). Bahkan ada yang melahirkan di tepi sungai lantaran tengah dalam perjalanan menuju faskes.
"Namun setidaknya mereka sudah memiliki hasrat atau keinginan untuk melahirkan di faskes dan ada pendampingan dari saya," ucapnya.
Hal ini dialami pula oleh Susilia Muku yang memutuskan untuk melahirkan anak ke-7 di fasilitas kesehatan pada 2018. Ia mengaku sangat terbantu oleh kehadiran Dini.
Begitu juga hubungannya dengan mama dukun. Dini menyebut, mama dukun adalah bestie-nya dalam hal pemberian informasi siapa saja wanita yang tengah hamil di Uzuzozo.
"Mama dukunnya malah jadi spy (mata-mata) buat saya, kayak dia cerita 'ada ibu hamil tuh di situ', jadi saya dengar kabar itu dan saya melakukan pendekatan lalu bilang, 'wah, saya dengar ibu hamil, nih. Berarti boleh saya melakukan pemeriksaan?'" tambahnya.
Pendekatan juga diterapkan pada program imunisasi. Tak hanya anak-anak karena mereka takut disuntik, Dini menemui para orang tua.
Dini mengungkapkan, ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat Uzuzozo, apabila jarum suntik selesai dipakai untuk imunisasi tidak ditancapkan ke batang pohon, maka akan menyebabkan anak-anak demam.
Mengambil jalan tengah, Dini pun ikut menuruti hal tersebut. Hanya saja, ia memiliki cara tersendiri.
"Mereka menganut kepercayaan kalau misalnya needle jarum suntik yang kita gunakan ditancapkan di pohon pisang, itu bisa mengurangi efek samping demam."
"Jadi setelah saya mengimunisasi anaknya, jarum suntik akan diambil ibunya ditancapkan ke pohon. Nanti sebelum pulang, baru saya cabut lagi dan saya simpan di tempat aman biar tidak dipakai untuk main," kata dia.
Menurut Dini, pendekatan yang dilakukannya dengan menyatukan ilmu medis serta persepsi yang dipunyai masyarakat, tanpa harus saling menyakiti.
"Bagi saya, selama tidak mengganggu medis sama sekali, tidak mengurangi nilai pencegahan di medis ataupun pencegahan infeksi, silakan," ujar dia.
Sukses Turunkan Angka Stunting
Melalui pendekatan yang diselaraskan dengan kepercayaan di desa, tapi tetap sesuai prinsip kesehatan, maka Dini lebih mudah mengambil hati warga Desa Uzuzozo.
Lewat kegiatan posyandu, ia mengajarkan para ibu tentang pola asuh yang baik dan nutrisi yang sehat untuk anak.
Sebab, selama ini, tidak semua orang tua di Uzuzozo tahu tentang jadwal dan cara pemberian makan.
Dalam pengakuannya, Dini bahkan tak segan ribut saat mengetahui ada orang tua yang tidak memberikan makan bergizi pada sang anak.
Usaha gigih Dini itu pun nyatanya membuahkan hasil. Jumlah anak stunting di Uzuzozo terus berkurang hingga 80 persen.
"Dari 15 sekarang pada tahun 2019, sisa tiga," katanya.
Tak hanya itu, Dini melihat adanya perubahan gaya hidup dari masyarakat. Kini, sudah tidak ada lagi ibu hamil yang melahirkan di rumah atau orang tua yang menolak anaknya diimunisasi.
Belum lagi, program pencegahan stunting yang dilaksanakan Dini juga menyasar kalangan remaja. Salah satunya melalui pemberian tablet tambah darah.
Dini tak menampik adanya kerjasama lintas sektor yang dilakukan di tengah keberhasilannya dalam melakukan revolusi kesehatan pada warga Desa Uzuzozo.
Bahkan sejumlah program seperti posyandu untuk balita dan lansia yang digelar setiap sebulan sekali juga tak lepas dari bantuan pihak desa.
Dana Desa dianggarkan untuk menyiapkan makanan sehat yang bisa dikonsumsi secara gratis termasuk pendirian poskesdes dan penunjang peralatan medis.
Kehadiran kader posyandu juga membantu Dini dalam melakukan pemantauan tentang kondisi kesehatan ibu dan anak, meski hasil evaluasi tetap ada di tangannya.
Atas pengabdiannya yang tak kenal lelah, Dini sukses meraih sejumlah penghargaan. Satu di antara apreasiasi tersebut datang dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023.
Sulung dari 4 bersaudara itu mendapat penghargaan yang diberikan PT Astra International Tbk untuk kategori bidang kesehatan.
Dini tak pernah menyangka apalagi bermimpi, usaha dan kerja kerasnya di desa terpencil berbuah penghargaan dan mendapat banyak sorotan.
"Nggak pernah kebayang bisa dapat SATU Indonesia Award 2023. Namun bagi saya, ini adalah sebuah tanggung jawab yang perlu disyukuri dan dilanjutkan," ujar dia.
Usaha Keberlanjutan
Usaha yang dilakukan Dini untuk terus mengedukasi masyarakat terutama tentang kesehatan ibu dan anak, tentu tak hanya berhenti sampai di sini.
Ia masih memiliki banyak mimpi. Salah satunya melanjutkan pendidikan hingga S2. Dini percaya, dengan ilmu yang bertambah, maka previlege dan kesempatan yang akan diterimanya pun ikut bertambah.
Baik previlege maupun kesempatan itu akan dipakai Dini untuk semakin menebar banyak manfaat atas program kesehatan yang selama ini telah dijalankan. Tak hanya di Desa Uzuzozo, tapi juga di desa-desa lain.
Terkini, Dini juga telah mencari sosok yang akan meneruskan programnya di Uzuzozo.
"Saya sudah cari pengganti dan puji Tuhan ketika saya meninggalkan desa dalam keadaan baik-baik saja, masyarakat sudah sadar kesehatan, sudah ada perilaku yang berubah," kata dia.
Ia berharap, masih harus lebih banyak lagi perhatian dari lintas terkait untuk berperang melawan stunting.
"Terlebih untuk desa-desa terpencil, apapun yang terjadi, keberhasilan sebuah negara dari komunitas-komunitas terkecil ini, apalagi sebuah desa," kata dia.
Dini pun berpesan pada anak-anak muda yang terinspirasi dengan langkahnya, untuk lakukan saja apa yang sudah diniatkan, sekecil apapun itu. Ubahlah hal-hal sederhana terlebih dahulu.
"Janganlah tunggu sampai tanya negara harus kasih apa ke saya, tidaklah, kita yang memberi diri dulu, kita yang melayani dulu, kita kasih orang dulu. Hitungannya baru kita yang dibalas dengan berkat bertubi-tubi, seperti kita tabur dulu, baru kita tuai," pungkasnya. (*)