Sunda Megathrust dalam Keadaan Kritis dan Bakal Picu Gempa 9 SR? Para Ahli: Itu Hoaks
“Hoaks itu. Siapa bisa tahu itu kritis,” ujar Daryono kepada Kompas.com ketika dihubungi melalui pesan singkat
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Sempat beredar informasi hoaks atau berita bohong terkait akumulasi energi patahan Sunda yang hampir kritis.
Penyebar hoaks tersebut mengklaim berasal dari grup geologi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca: Gempa Banten Terasa Sampai Cianjur, Entin Lari Keluar Rumah Sambil Gendong Bayi
Kabar itu memaparkan jarak antargempa yang semakin pendek dan aktifnya gunung Tangkuban Parahu akhir-akhir ini adalah indikasi akumulasi energi Sunda Megathrust sudah hampir kritis.
Lalu, jika titik kritis tercapai, bisa terjadi gempa bermagnitudo 9,0 yang memicu aktivitas sesar Baribis dan sesar Lembang.
Baca: Jemaah Haji di Tanah Suci Doakan Gempa Banten Segera Berlalu
Menanggapi kabar tersebut, Daryono selaku Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan ahli gempa ITB Irwan Meilano menyanggahnya.
“Hoaks itu. Siapa bisa tahu itu kritis,” ujar Daryono kepada Kompas.com ketika dihubungi melalui pesan singkat pada Sabtu (3/8/2019).
Narasi yang beredar
Jarak antar gempa (yang) semakin pendek dan tiba-tiba aktifnya gunung Tangkuban Perahu, bisa jadi merupakan indikasi akumulasi energi patahan Sunda (Sunda megathrust) hampir mencapai titik kritis.
Jika atas seizin Allah SWT tercapai titik tersebut, gempa yang selama ini dikhawatirkan dengan besar, 9 skala Richter, berpeluang terjadi.
Bagi Jabodetabek, yang dikhawatirkan adalah aktifnya patahan tersebut memicu pula aktivitas patahan Baribas yang memanjang dari Pasar Rebo hingga Ciputat, serta patahan Lembang di Bandung.
Wallahu'alam. Persiapan diri harus dilakukan mulai sekarang.
Tanggapan para ahli
Daryono menegaskan hingga saat ini, peristiwa gempa belum dapat diprediksi oleh siapa pun. Hal ini termasuk kapan, di mana dan seberapa besar kekuatan gempa yang akan terjadi.
Selain itu, gempa bumi sendiri terjadi akibat deformasi batuan tiba-tiba pada sumber gempa yang telah mengalami akumulasi medan tegangan atau stres; sehingga pemikiran bahwa sebuah gempa dapat memicu sumber gempa lain, seperti yang disebutkan dalam pesan viral, belum dapat dibuktikan secara empiris.
Baca: Pascagempa Warga Bersihkan Puing Bangunan yang Rusak Akibat Gempa