Fakta dan Tanggapan Terbaru Tsunami Selat Sunda, 426 Meninggal Hingga Pernyataan Ignasius Jonan
Korban bencana tsunami yang melanda Selat Sunda terus bertambah hingga Jumat (28/12/2018), pukul 13.00 WIB. Berikut fakta dan tanggapan terbarunya.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
"Sebenernya Allah mengirimkan tiga penyelamat waktu bencana kemarin.
"Yang pertama, kotak hitam ditengah yang Allah kirimkan sebagai penyambung nyawaku saat aku terkatung2 ditengah laut selama 2 jam, dengan jarak hampir 1km dari bibir pantai bersama 3 orang lainnya
Walaupun sudah setengah mengapung, tapi masih mampu menjadi sandaran jari-jari kami saat kami benar2 kelelahan dan kehabisan nafas," tulis Ifan di akun Instagram miliknya @ifanseventeen.
Baca: Usai Tsunami Selat Sunda, Kru Seventeen Mimpi Bani Seventeen Datang dan Titip Pesan
Penyelamat yang kedua dan ketiga adalah dua orang yang membawa Ifan menuju rumah sakit.
Dua orang ini tak segan membantu ifan meskipun mereka tak saling kenal.
"Yang kedua dan ketiga adalah mas @episoemarna (kanan) dan bang @yusrankiyut (kiri), pertemuan tak sengaja di tengah jalan dan di ruang igd rumah sakit, ditengah kebingunganku, tanpa kendaraan, tanpa arah, tanpa uang sepeserpun yang aku pegang waktu itu.
Dengan keadaan yang tidak saling kenal, mereka dengan ikhlas memberikan waktu mereka 2 hari full, dari mengantarkanku kemanapun, memberikanku makanan, meminjamkan sarung dan pakaian, tas, obat2an, jaket yang mereka pakai saat aku kedinginan, menyebarkan data kepada relawan tentang ciri-ciri istriku, sampai memberikan support moril dalam proses pencarian istri dan drummerku selama disana," tulis Ifan Seventeen.
3. Pernyataan Ignasius Jonan
Menteri ESDM, Ignasius Jonan memprediksi tsunami yang menghantam Banten kemungkinan bukan dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
Jonan menyambangi Pos Pantau Gunung Anak Krakatau untuk mengecek aktivitas gunung tersebut yang diduga menjadi biang keladi tsunami Selat Sunda.
Baca: Selamat Dari Tsunami Banten, Agung Ceritakan Posisi Aa Jimmy Saat Air Menggulung Tanjung Lesung
Ia mengatakan dalam kunjungannya bahwa tsunami yang menewaskan ratusan orang tersebut belum tentu disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Kalau tsunami itu seharusnya ada longsoran yang sangat amat besar. Sekali lagi ini kalau aktivitasnya karena gunung ya saya kira enggak sih. Itu bisa potensi salah satunya, tapi mungkin ada faktor lain yang sekarang oleh para ahli sedang dikaji lagi," kata Jonan di Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Jumat (28/12/2018).
Meski demikian, Jonan mengatakan Gunung Anak Krakatau memang menunjukan aktivitas tertingginya pada bulan September 2018.
Bahkan, getaran atau amplitudo yang dihasilkan gunung tersebut menurut Jonan hanya seperempat kekuatan dari amplitudo saat bulan September.
Baca: Hampir Sepekan Usai Dihantam Tsunami, Asep Akhirnya Buka Lagi Warung Makan
"Makanya saya juga minta koordinasi LIPI, BPPT, Badan Geologi ESDM, BMKG, untuk mempelajari kira-kira tsunami yang tempo hari akibat apa saja. Apa longsoroan besar dari tubuh Gunung Anak Krakatau atau hal lain," kata Jonan.
(Tribunnews.com/Whiesa)