10 Fakta Terbaru Buaya Pemangsa Deasy Tuwo di Minahasa, Dimuat Media Asing dan Soal Pemilik
Fakta terbaru buaya pemangsa Deasy Tuwo di Minahasa, dimuat di media asing dan soal pemilik.
Penulis: Umar Agus W
Editor: Pravitri Retno W
Fakta terbaru buaya pemangsa Deasy Tuwo di Minahasa, dimuat di media asing dan soal pemilik.
TRIBUNNEWS.COM - Kabar soal buaya pemangsa wanita di Minahasa nampaknya hingga kini masih saja ramai diperbincangkan.
Pasalnya kabar berita tentang buaya yang memangsa wanita yang bernama Deasy Tuwo telah terjadi pada Sepekan yang lalu atau tepatnya pada Jumat (11/1/2019).
Namun hingga kini pada Jumat (18/1/2019) justru kabar berita buaya tersebut juga dimuat di media asing.
Berikut ini fakta-fakta buaya yang memangsa wanita yang bernama Deasy Tuwo di Minahasa tersebut:
Baca: Lagi, Seekor Buaya Dievakuasi di Minahasa, Dipindahkan ke Tempat Buaya Pemakan Manusia
1. Kronologi
Kematian Deasy Tuwo, perempuan berusia 44 tahun usai diterkam buaya berukuran 5 meter menarik perhatian masyarakat Tanah Air.
Deasy ditemukan tewas mengenaskan di areal perusahaan pembibitan mutiara di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Jumat (11/01/2019) pukul 08.45 Wita.
Diduga, perempuan warga Desa Suluun, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, tersebut diterkam oleh buaya yang sengaja dibesarkan di lokasi tersebut.
Saat ditemukan, kondisi tubuh Deasy Tuwo sangat mengenaskan dan sudah tidak utuh.
"Para saksi melihat tidak ada orang yang berada di dalam areal perusahaan tersebut. Namun mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada di atas kolam tempat peliharaan seekor buaya, dan mereka melihat yang terapung itu seperti tubuh manusia. Atas temuan tersebut mereka melaporkan ke Mapolsek Tombariri," kata Kapolres Tomohon AKBP Raswin dalam keterangan tertulis saat mengutip dari Grid,ID.
Selain itu, dugaan sementara Deasy terpeleset saat akan memberi makan buaya yang bernama Merry tersebut.
2. Proses Evakuasi Butuh 20 Orang
Buaya bernama Merry ini di bius lewat kepala agar kondisinya melemah dan memudahkan evakuasi.
Mengutip dari TribunManado.co.id, dibutuhkan waktu berjam-jam untuk mengangkan buaya betina ini.
Baca: Merry, Buaya yang Terkam Deasy Tuwo Ternyata Jantan dan Sudah Berusia 20 Tahun
Setelah Merry melemah, tim evakuasi mengikat mulut buaya menggunakan lakban hitam dan mengikat badan buaya agar tak merontak.
Sekitar 20 orang dikerahkan dalam proses evakuasi ini.
3. Evakuasi Terpaksa Jebol Kandang
Evakuasi itu ikut disaksikan warga di sekitar lokasi.
Petugas PPS Tasikoki berusaha menaklukan reptil berukuran panjang 4,4 meter dan lebar 90 centimeter itu.
Salah satu sisi pagar kandang berukuran sekitar 15 meter harus dijebol, agar buaya tersebut bisa diangkut ke mobil.
4. Evakuasi Berlangsung 3 Jam
Evakuasi yang berlangsung selama sekitar tiga jam itu juga ikut dibantu oleh aparat TNI dan kepolisian.
"Tidak sembarang melakukan evakuasi, kita harus berhati-hati dan paham betul bagaimana seharusnya mempelakukan satwa liar," ujar rescuer PPS Tasikoki, Noldy dilansir dari Kompas.com.
Manajer PPS Tasikoki, Billy Lolowang menjelaskan bahwa seharusnya satwa liar tidak untuk dipelihara.
Baca: Kisah Menegangkan Evakuasi Buaya Pemangsa Deasy, Anggota TNI Pun Diturunkan
Usai dievakuasi, buaya itu akan dibawa ke lokasi konservasi yang menjadi mitra BKSDA Sulut.
5. Dimuat di Media Asing
Pasca tewasnya Deasy Tuwo tersebut kini sejumlah media asing juga turut memberitakan kabar buaya yang makan orang tersebut.
Jika mengutip dari media asing yakni ada Daily Express dan Times Now.
Untuk diketahui Daily Express merupakan media asal Britania Raya.
Mengutip dari wikipedia, ini merupakan produk utama dari Express Newspapers, sebuah cabang dari Northern & Shell (yang secara keseluruhan dimiliki oleh Richard Desmond).
Surat kabar tersebut mula-mula diterbitkan sebagai lembar lebar pada 1900 oleh Sir Arthur Pearson. Surat kabar cabangnya, Sunday Express, diluncurkan pada 1918.
6. Izin Pelihara Satwa Masih di Selidiki
Pasca meninggalnya Deasy Tuwo kini polisi juga masih terus menyelidiki kasus ini.
Seperti mengutip dari Serambi Indonesia warga memang tidak bisa memelihara hewan liar seenaknya.
Baca: Mantan Karyawan CV Yosiki Sebut Posisi Sandal Deasy Tuwo Janggal Saat Ditemukan di Kandang Buaya
"Harus ada izin, ada aturan yang mengatur tentang itu. Tak bisa sembarang," ujar Hendrik Rundengan, personel BKSDA Sulawesi Utara, Jumat (11/1/2018).
Atas hal ini, pihak kepolisian masih mencari keberadaan pemilik buaya tersebut, yakni pimpinan perusahaan.
Karena saat karyawannya tewas dimakan buaya, Mr. Ochiai tak ada di tempat.
"Kita masih mencari pemilik buaya tersebut, selain itu jiga kami sudah berkoordinasi dengan Camat dan hukum tua ," kata Raswin Sirait, Kapolres Tomohon.
7. Pemilik Buaya akan Diperiksa Terkait Surat Izin
Belum diketahui di mana keberadaan pemilik perusahaan yang diketahui bernama Mr Ochiai ini.
Tak hanya buaya yang dipelihara, melainkan hewan mahal juga seperti ikan arwana.
Mengutip dari Tribunnews.com, Kapolres Tomohon yakni Raswin Sirait mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih mencari pemilik buaya berukuran 5 meter tersebut.
"Kita masih mencari pemilik buaya tersebut. Selain itu, jiga kami sudah berkoordinasi dengan camat dan hukum tua ," katanya.
Kapolres mengatakan, pihaknya sudah lakukan olah tempat kejadian perkara dan korban sudah dibawa ke RSUP Prof Kandou Malalayang.
Baca: Cerita Anggota TNI yang Evakuasi Buaya Pemakan Manusia: Penuh Ketegangan hingga Gigi Buaya Copot
"Untuk autopsi masih berkoordinasi dengan pihak keluarga," kata dia.
"Kita masih lidik dan mengetahui apakah buaya tersebut memiliki surat izin atau tidak," kata Sirait.
Kapolres menambahkan, jika tidak adanya surat izin, pemilik buaya ini akan ditahan.
8. Buaya Tersebut Suka Makanan Segar
Merry Supit salah satu mantan pekerja di perusahaan tersebut selama 18 tahun dan mengundurkan diri pada tahun 2005.
Saat itu buaya tersebut masih berukuran sekitar 1,5 meter.
"Saya sebagai pegawai pembibitan mutiara. Saat itu buaya yang juga diberi nama seperti nama saya ini, masih berukuran sama seperti kayu ini," kata Merry sembari menunjuk batang pohon berukuran panjang 1,50 meter yang tergeletak di sampingnya.
Makanan buaya tersebut antara lain adalah ayam, ikan tongkol dan ikan tuna.
Menurut Merry, semuanya harus fresh karena buaya tersebut tak mau makan jika makanan tersebut sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari.
"Semuanya harus fresh, dia tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari," lanjutnya.
Baca: BKSDA Sulawesi Utara Evakuasi 3 Buaya dalam Sepekan, Termasuk Buaya yang Memangsa Deasy Tuwo
Menurut Merry, kemungkinan kematian Deasy sudah dua hari setelah peristiwa karena tak ada saksi mata yang melihatnya.
9. Buaya Asal Belitung Dibeli pada 1999
Buaya yang menerkam Deasy ternyata dibeli dari Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, oleh warga negara Jepang yang merupakan pemilik laboratorium pembibitan mutiara.
Hal itu diungkapkan Noldy Pinontoan, Kepala Jaga VII Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara, saat ditemui Tribunmanado.co.id di rumahnya, Jumat (11/1/2019).
"Saya dulu kerja di situ sebagai (petugas) sekuriti," ujar Noldy.
Ia dan Deasy masuk bersamaan sekitar tahun 1999, namun ia berhenti pada tujuh tahun silam atau tepatnya pada 2011 sedangkan Desy hingga akhir hayatnya.
10. Buaya Pernah Memangsa Buaya Lainnya
Noldy menambahkan jiwa awalnya ada dua ekor buaya, namun kini hanya tersisa seekor saja.
"Saat itu berjumlah dua ekor. Masing-masing panjangnya sekitar satu meter," kata dia yang saat itu ditemani istrinya.
"Karena mereka saling memangsa. Buaya laki-laki ini yang tersisa," ungkap pria yang lebih akrab disapa Pala ini.
(Tribunnews.com/ Umar Agus W)