Seri I Final Kejurnas Pacuan: Masa Sih Jatim Kurang Kompak
Jatim menempatkan finalis terbanyak dalam final seri-1 kejurnas ini yakni 24 dari total 74 finalis
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Dari gelaran final seri-1 Kejurnas Pacuan 2015 yang dilangsungkan Minggu (16/8) lalu di Pulomas, Jaktim, sebagian dari 'stakeholders' dan praktisi berkuda nasional mempertanyakan kegagalan kontingen Jatim untuk menempati posisi teratas dalam peraihan medali dan perolehan nilai.
Sebagaimana diketahui, kontingen Jatim bertengger di urutan kedua dalam klasemen umum dengan hanya membendaharakan nilai 38.
Padahal, Jatim menempatkan finalis terbanyak dalam final seri-1 kejurnas ini, yakni 24, dari total 74 finalis.
Seluruh kuda Jatim berlaga di delapan race kejurnas, dengan tujuh diantaranya mendominasi kelas paling bergengsi, yakni 3 Tahun Derby, yang lazim disebut Indonesia Derby.
Sebelum perlombaan final digelar, banyak pengamat menyebut, Jatim layak diperhitungkan sebagai peraih medali terbanyak sekaligus pengoleksi nilai tertinggi dari total keseluruhan nilai yang diperebutkan, yakni 156, yang terangkum pada delapan race seri kejurnas.
Sayang disayang, prediksi hanya sebatas perkiraan, kenyataan yang terpampang dalam berbagai drama yang tersaji di lapangan perlombaan menunjukkan perbedaan yang diluar dugaan.
Dari beberapa kejutan yang terjadi di sejumlah kelas, kontingen Jatim justru terseok-seok dalam perburuan gelar dan pengumpulan nilai.
Jatim menunjukkan kedigdayaannya di Kelas 3 Tahun Derby dengan mendominasi tempat terhormat: merebut posisi pertama melalui unggulan ketiga Beauty Eagling (Ra3Ya Stable) dan posisi ketiga melalui King Runny Star (King Halim Stable).
Posisi runner-up diambil oleh Elingprigel Eclipse, satu-satunya kuda asal Jateng dari Eclipse Stable yang berlaga di babak final kelas ini. Keberhasilan Beauty Eagling menjuarai Indonesia Derby disambut sukacita oleh Ra3Ya Stable yang secara khusus mendatangkan puluhan suporter dari Pasuruan.
Namun, mungkin tidak demikian halnya dengan sebagian suporter Jatim lainnya, terutama pendukung King Runny Star dari King Halim Stable.
Melejitnya Beauty Eagling menembus finis pertama kali di Indonesia Derby sekaligus memupuskan harapan King Runny Star untuk menggapai Triple Crown atau Piala Tiga Mahkota. King Runny Star sudah memenangi dua Piala Triple Crown di musim pacu 2015, dan tinggal menyempurnakannya dengan merebut juara Indonesia Derby untuk memastikan peraihan supremasi pacuan tanah air itu. Sekali lagi, sayang disayang.
King Runny Star sudah kehilangan kesempatan terbaik untuk meraih Triple Crown itu, yang tahun 2014 direbut oleh Djohar Manik. Sudah pasti tahun 2015 ini tak ada peraih Triple Crown, sebab Derby-2000 meter terakhir adanya di seri-1 kejurnas pacuan 2015 ini. "Jatim kurang kompak," kata seorang pengamat, yang enggan disebutkan jatidirinya.
"King Runny sepertinya kurang diberi kesempatan untuk menjuarai Indonesia Derby itu," terangnya.
Namun, saorang praktisi lainnya yang mengaku mengetahui strategi kubu Jatim di nomor prestiseus itu, menyatakan, King Runny Star sebenarnya sudah diberi peluang untuk merebut gelar dan sekaligus merebut Triple Crown.
"Strategi Jatim, Sky Runner yang mencatat waktu tercepat di babak penyisihan dan berada dalam kondisi fit di babak final, tetap dicoba sebagai target penembus finis bersama King Runny Star. Kuda-kuda Jatim lainnya harus membayangi lima finalis non Jatim. Namun, strategi itu bisa berubah tergantung situasi di lapangan perlombaan. Dari interaksi yang terjadi dalam perlombaan itu rupanya Beauty Eagling yang tampil paling konstan," kata pengamat tersebut. tb