Kelemahan Timnas Indonesia, Bumerang Adaptasi Shin Tae-yong, Peran Asnawi Gendong Garuda
Timnas Indonesia harus puas bermain imbang dengan skor 1-1 melawan Timnas Singapura pada semi final leg pertama Piala AFF 2020.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
Selain satu assist cantik kepada Witan Sulaeman, perannya begitu energik untuk mengawal pertahanan Timnas di sisi kanan.
Berkali-kali ia mampu menjadi pemutus serangan para pemain sayap Singapura yang memiliki kecepatan.
Asnawi sangat kecakatan perihal membaca dan mengawal pergerakan lawan, pengambilan keputusannya selalu tepat.
Ia paham betul kapan harus melakukan tackle ataupun melakukan delay untuk mempersempit pergerakan lawan.
Ya, Asnawi Mangkualam memang selalu bermain dari menit awal, perannya begitu vital untuk membuat skema yang diterapkan Tae-yong berjalan lancar.
Asnawi muda sebenarnya adalah pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan.
Ia bergeser menjadi bek kenan berkat kejelian Robert Rene Alberts yang saat itu masih melatih PSM Makassar.
Rene berpendapat bahwa Anawi terlalu riskan jika bermain di tengah, ia teralu sering melakukan pelanggaran berbahaya yang dapat memberi kesempatan kepada lawan lewat set piece.
Berkat etos kerja dan kecepatan yang ia miliki, Asnawi pun diberi peran oleh Rene untuk bermain sebagai full back kanan.
Hasilnya pun ciamik, performa Asnawi langsung melejit hingga akhirnya membawa dirinya bermain di kasta kedua Liga Korea bersama Ansan Greeners FC.
Kehadiran Shin Tae-yong dalam kursi kepelatihan Timnas Indonesia pun membuat ia menjadi pemain versatile.
Asnawi bermain di dua posisi sekaligus dalam satu pertandingan, yaitu sebagai full back dan seorang gelandang bertahanan.
Shin Tae-yong paham betul bagaimana memanfaatkan atribut yang Asnawi miliki.
Pemain berusia 24 tahun itu pun terus berkembang hingga menjadi pemain dengan performa terbaik di piala AFF.
(Tribunnews.com/Deivor)