Fakor Tim Liga 1 Memberi Kontrak Pendek ke Pemain: Dari Proses Scout hingga Jadwal yang Mepet
Tim-tim Liga 1 Indonesia begitu jarang memberi kontrak jangka panjang kepada para penggawanya.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Tim-tim Liga 1 Indonesia begitu jarang memberi kontrak jangka panjang kepada para penggawanya.
Baik pemain lokal maupun asing, begitu banyak yang hanya mendapat kontrak jangka pendek oleh pihak klub.
Nama-nama mentereng yang sudah terbukti kualitasnya pun tak mendapat kepercayaan lebih dan kesempatan untuk bermain di klubnya dengan jangka waktu yang lama.
Berbeda dengan klub-klub eropa yang tak segan memberi kontrak hingga 5 tahun, klub Indonesia terkenal pelit untuk memberi durasi kontrak yang lama.
Contoh yang paling nyata terjadi di musim ini adalah bagaimana Carlos Fortes dan Taisei Marukawa.
Baca juga: Persipura Terdegradasi, Tangis Alfredo Vera Pecah dan Tak Bisa Berkata-kata
Baca juga: Analisis Eks-Persib Soal Gagal Penalti David da Silva, Tak Ada Tanda-Tanda Maung-Barito Main Mata
Mereka mampu tampil mentereng bersama Arema FC dan Persebaya Surabaya.
Carlos Fortes yang bermain sebagai striker mampu mencetak 20 gol selama gelaran BRI Liga 1 2021/2022 bersama Arema FC.
Sedangkan catatan Taisei Marukawa lebih mentereng lagi, ia menjadi satu-satunya pemain yang sukses menyumbang dua digit gol dan assist di musim ini.
Persebaya Surabaya pun digendongnya menuju papan atas klasemen BRI liga 1 dengan sumbangan 17 gol dan 10 assist.
Namun, Arema FC dan Persebaya tak mampu mempertahankan dua pemain andalannya tersebut karena sisa kontrak yang habis.
Ya, keduanya hanya dikontrak selama 1 tahun dan ogah untuk memperpanjang kontrak lantaran mendapat tawaran yang lebih menggiurkan dari kontestan Liga 1 lainnya, PSIS Semarang.
Carlos Fortes dan Marukawa pun sudah resmi bergabung bersama PSIS per hari ini, Jumat (01/04/2022).
Hal tersebut jelas sudah menjadi resiko bagi kedua tim asal Jawa Timur itu untuk kehilangan dua pemain kesayangan mereka karena durasi kontrak yang begitu singkat.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa klub-klub Indonesia begitu 'pelit' untuk memberi kontrak jangka panjang kepada para penggawanya?