Jejak Digital Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United, Alat Penampar Bualan Erik Ten Hag
Jejak digital berupa statement pedas Ole Gunnar Solskjaer layak bisa dijadikan sebagai alat penampar bualan Erik Ten Hag di Manchester United.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Drajat Sugiri
Jika tidak berbenah, bukan hal mustahil jika peringkat yang ditempati Manchester United kian terpelosok.
Jejak Digital Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United
Pembelaan yang disampaikan Ten Hag yang menganggap Manchester United sangat berkembang di tangannya.
Lantaran mampu memenangkan dua gelar juara berupa Piala Carabao dan Piala FA seakan kontradiksi dengan yang disampaikan pendahulunya.
Ialah Ole Gunnar Solskjaer yang pernah memberikan pernyataan menarik soal menilai perkembangan sebuah tim.
Solskjaer yang pernah merasakan kursi panas pelatih Manchester United pernah mengatakan perkembangan klub tidak bisa semata dinilai dari gelar juara saja.
Apalagi gelar juara tersebut hanya diraih di ajang sekelas Piala Liga Inggris ataupun Piala FA yang merupakan trofi domesti.
Solskjaer lebih percaya bahwa perkembangan sebuah tim seharusnya dinilai dari posisi klasemen di liga utama.
"Sebuah posisi klasemen bisa menjadi patokan untuk melihat apakah ada kemajuan dari saya saat melatih sebuah klub setiap musimnya," kata Solskjaer dalam sesi konferensi tahun 2021 lalu, dikutip Mirror.
"Kompetisi piala apa pun bisa menghasilkan trofi, tetapi terkadang itu cenderung merupakan ego dari manajer dan klub," kata Solskjaer.
"Kami perlu berkembang. Jika kami berkembang dan tampil cukup baik, trofi akan kembali datang ke klub."
"Terkadang piala [selain Premier League] bisa menyembunyikan fakta bahwa tim Anda masih sedikit kesulitan."
Jejak digital pernyataan dari Solskjaer tersebut seakan bisa menjadi alat penampar bualan Erik Ten Hag.
Bahwa gelar juara terutama Piala FA ataupun Piala Carabao nyatanya tak bisa memberikan jaminan perkembangan tim.
Hal ini karena Solskjaer berpendapatan perkembangan tim salah satunya bisa dinilai dari posisi di akhir klasemen liga utama.
Dikatakan demikian, karena posisi klasemen akhir liga merupakan puncak dari konsistensi performa sepanjang musim.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)