McAfee Prediksi Enam Ancaman Keamanan Ini akan Marak di 2021
Serangan juga akan menyasar platform cloud, perangkat bergerak atau seluler dan berbagai eksploitasi serta penipuan terkait sistem pembayaran
Penulis: Lita Febriani
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tahun 2021, serangan siber akan tetap merajalela, namun ada berbagai jenis ancaman baru yang dapat menyerang netizen Indonesia di beberapa bulan dan tahun mendatang.
Perusahaan perangkat lunak antivirus dan keamanan komputer, McAfee menyebut bahwa di akhir tahun 2020 lalu, serangan terhadap SolarWinds Orion di Amerika, mengungkap adanya vektor serangan TI perusahaan baru yang menyerang rantai suplai (supply chain).
Serangan juga akan menyasar platform cloud, perangkat bergerak atau seluler dan berbagai eksploitasi serta penipuan yang terkait dengan sistem pembayaran mobile.
Di sisi pengguna rumahan, tren penggunaan perangkat, aplikasi, serta layanan web yang saling terhubung di rumah juga akan membuat masyarakat semakin rentan terhadap serangan.
Terlebih lagi semakin banyak orang yang bekerja dari rumah, sehingga serangan tidak hanya berpotensi merugikan individu dan keluarga, tapi juga perusahaan.
Baca juga: Pelatihan Digital Marketplace Bagi Binaan APP Sinar Mas Tingkatkan Perekonomian UKM Lokal
Di masa pandemi ini, kode QR juga semakin banyak digunakan, sehingga bermunculan cara-cara rekayasa sosial baru yang dilakukan oleh aktor jahat untuk mendapatkan data pribadi dari korbannya.
"Ada juga indikasi penyalahgunaan jejaring sosial profesional untuk menyerang individu yang bekerja di sektor industri penting atau berada pada posisi yang penting di organisasi," jelas Managing Director Asia McAfee, Jonathan Tan saat jumpa pers.
Berikut enam prediksi McAfee mengenai ancaman keamanan baru di tahun 2021 :
1. Meluasnya Teknik Supply Chain Backdoor
Industri siber dikagetkan oleh serangan skala nasional yang menyerang perangkat lunak pemantauan dan manajemen Orion IT milik SolarWinds, lalu menggunakannya untuk menyebarkan perangkat lunak backdoor yang dinamakan SUNBURST kepada para pelanggan perusahaan tersebut, termasuk beberapa lembaga pemerintahan Amerika Serikat, individu serta keluarga juga rentan terhadap serangan.
Apalagi dengan makin meluasnya penggunaan perangkat digital pintar yang saling terhubung, seperti TV, virtual assistant dan smartphone yang memudahkan pelaku mencuri informasi dan menyerang keamanan pribadi.
Baca juga: Jokowi Minta Metode Komunikasi BKKBN Dirubah ke Arah Digital
Penjahat siber menggunakan perangkat lunak yang terpercaya untuk menerobos pertahanan melalui “pintu belakang” dan memungkinkan penyerang untuk mencuri atau menghancurkan data, menahan sistem penting untuk meminta tebusan, menyebabkan kerusakan sistem, atau menanamkan konten berbahaya.
"McAfee memperkirakan bahwa kasus SolarWinds-SUNBURST akan menjadi teknik serangan yang akan ditiru oleh aktor jahat lain di seluruh dunia pada tahun 2021 dan seterusnya," terang Jonathan.