Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Didorong Teknologi 5G, Potensi Pasar Ekosistem IOT di RI Cukup Besar, Ini Sejumlah Tantangannya

Ekosistem Internet of Things (IOT), di Indonesia memiliki potensi yang besar, apalagi ketika didorong oleh teknologi 5G

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Sanusi
zoom-in Didorong Teknologi 5G, Potensi Pasar Ekosistem IOT di RI Cukup Besar, Ini Sejumlah Tantangannya
Istimewa
Ilustrasi 5G 

“Melalui kolaborasi dengan Schneider, kami ingin menjadi pionir atau benchmark dalam pemanfaatan 5G, sebab dengan IOT yang didukung 5G kita bisa mendapatkan output yang lebih baik dari segi produktivitas, efisiensi dan keselamatan,” sambung Alfian.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Product Manager Xiaomi, Calvin Nobel yang berpendapat kalau teknologi 5G bisa mendorong perusahaan untuk membawa lebih banyak produk AI dan IOT (AIOT) ke Tanah Air. Apalagi saat ini Xiaomi telah memiliki lebih dari 2000 produk, dan sudah memiliki lebih dari 400 juta pengguna di seluruh dunia.

“Dengan adanya 5G, Xiaomi bisa membawa produk-produk yang lebih banyak dan menyeluruh sehingga semua orang lebih aware terhadap produk dari Xiaomi. Kedepannya kita akan membawa lebih banyak produk lain ke indonesia,” imbuhnya.

Tantangan Implementasi Ekosistem IOT di Indonesia

Terdapat sejumlah tantangan yang terjadi untuk ekosistem IOT di Indonesia. Setidaknya ada 4 tantangan yang dihadapi oleh pengembang IOT. Tantangan pertama adalah soal literasi di kalangan executive level dan masyarakat umum mengenai IOT.

“Banyak yang belum mengerti mengenai IOT sehingga perlu adanya edukasi dan sosialisasi secara masif dan terstruktur,” jelas Teguh.

Tantangan kedua adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih minim, khususnya SDM yang telah memiliki sertifikasi dan spesialist di bidang IOT. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya training, assessment dan pembinaan yang menyeluruh, mulai dari pendidikan dasar hingga vokasi.

Berita Rekomendasi

“Minimnya SDM menjadi kendala dan jawabannya adalah melakukan training dari pendidikan dasar hingga vokasi. Hal ini dapat dilakukan oleh lembaga formil maupun mandiri dan online. Tujuannya agar banyak SDM yang mempunyai skill IOT,” sambungnya.

Ketiga adalah keterbatasan kapital baik dalam bentuk investasi awal dan insentif mengenai IOT. Jawaban dari tantangan ini yakni dengan fleksibilitas pola implementasi mulai dari OPEX, Bagi Hasil, Hibah/Socialpreneur dan Sponsorship.

Keempat adalah masalah komponen elektronik seperti importasi, dan kelangkaan supply. Teguh menyarankan agar perlu adanya kemudahan dan pemberian insentif impor komponen.

“Hal ini dinilai diperlukan untuk pembuatan industri komponen elektronik seperti chip di Indonesia. Kita berharap bisa mengatasi kelangkaan supply, dengan menggunakan produk chip lokal yang ada,” saran Teguh.

Dia menyimpulkan bahwa IOT akan terus bertumbuh dengan pesat sejalan dengan pengembangan otomatisasi di semua sektor kehidupan masyarakat. Selain itu, pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pengembang IOT untuk bisamembentuk ekosistem yang saling bersinergi agar dapatbertumbuh dengan cepat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas