Penggunaan Mesin Pencarian Perlu Dimaksimalkan Untuk Hindari Hoaks
Kecakapan dalam peggunaan mesin pencarian perlu dimaksimalkan untuk menghindari hoaks atau berita bohong di dunia digital.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kecakapan dalam peggunaan mesin pencarian perlu dimaksimalkan untuk menghindari hoaks atau berita bohong di dunia digital.
Kecakapan penggunaan mesin pencarian ditandai dengan kemampuan cara mengakses macam-macam mesin pencarian informasi yang tersedia.
Hal tersebut disampaikan Dewan Pembina RTIK Gde Sastrawangsa. Ia berujar, tidak semua informasi yang kita temukan di internet adalah benar.
“Bijaklah memilah mana informasi yang benar dan terpercaya, kuasai dan maksimalkan fitur-fitur pencarian tingkat lanjut pada mesin pencarian,” ujar Gde saat diskusi daring, Rabu (24/8/2022).
Selain itu, warga net diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama.
Baca juga: Hati - Hati, Beredar Hoaks Soal Perubahan Biaya Transaksi ATM BRI Rp150 Ribu per Bulan
Beberapa mesin pencarian yang kerap kali digunakan pada saat berselancar di dunia digital, yakni Google, Bing dan Yandex.
Relawan TIK Ni Kadek Sintya menambahkan dunia digital harus diisi sebagai ruang berbudaya, tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
“Gunakan kemajuan teknologi ini dengan pintar dan bijak agar kita bisa mendapatkan manfaat yang positif,” tutur Ni Kadek.
Relawan TIK Ni Kadek Dwi Febriani mengatakan penting untuk memastikan informasi yang benar dan tidak menyebar luaskan informasi yang belum terbukti kebenarannya, tidak mengunggah data pribadi seperti KTP di dunia digital atau dunia maya.
“Karena itu berbahaya bisa di salah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” terangnya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Marga I Made Lastra menyampaikan banyaknya informasi menyebabkan sulitnya masyarakat untuk membedakan berita atau informasi yang benar.
Hal tersebut disampaikan saat webinar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) webinar dengan tema “Etika berjejaring: Jarimu Harimaumu!”. Webinar ini diikuti oleh lebih dari 400 partisipan kaum muda milenial.