Generasi Muda Garda Terdepan Perangi Hoaks, Plagiarisme, serta Ujaran Kebencian di Internet
Anak-anak muda diharapkan untuk meningkatkan kreativitasnya dapat memproduksi konten yang mengangkat citra dan martabat Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Generasi muda yang terhimpun dalam generasi milenial, generasi z, serta generasi alpha menjadi harapan untuk dapat mengangkat budaya bangsa Indonesia di dunia digital.
Anak-anak muda diharapkan untuk meningkatkan kreativitasnya dapat memproduksi konten yang mengangkat citra dan martabat Indonesia.
Selain itu, generasi muda dapat mengambil peranannya sebagai garda terdepan dalam memerangi berita bohong atau hoaks, plagiarisme, serta ujaran kebencian di internet.
Baca juga: Tips Agar Terhindar dari Informasi Tak Benar atau Hoaks
Hal ini mengemuka saat webinar yang mengangkat tema “Peran Generasi Muda sebagai Garda Terdepan Penjaga Kedamaian, Kenyamanan, dan Keamanan Ruang Digital” di Makassar, Sulawesi Selatan belum lama ini.
Adapun narasumber dalam acara tersebut adalah Dosen Digital Marketing serta Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya Meithiana Indrasari; Peneliti Jalin Institute sekaligus Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mamuju Nurbaya; Jawara Internet Sehat 2022 dan Duta Baca Tanah Bambu Azmi Irfala.
Menurut Meithiana Indrasari, warganet dapat mengambil peran untuk mengangkat nama Indonesia dengan berbagai kekayaan dan keunikan di dunia digital.
Misalnya, membuat konten menarik tentang Keindonesiaan baik dari segi budaya, kesenian, keanekaragaman hayati, maupun kekayaan alam.
Para konten kreator luar negeri banyak yang datang ke Tanah Air hanya untuk membuat konten tentang keindahan alam Indonesia, semestinya para generasi muda hendaknya dapat meningkatkan semangatnya untuk dapat memproduksi.
“Contoh aksinya sebagaimana dikutip dari money.co.uk yang memberikan penghargaan Indonesia sebagai Negara terindah, dengan 45 gunung merapi, ada juga banyak pegunungan, terumbu karang, kawasan lindung, garis pantai yang panjang, hutan hujan, kemudian gletser. Ini kan modal konten untuk generasi muda,” jelas dia.
Baca juga: Dilaporkan Karena Diduga Bikin Hoaks Kasus Brigadir J, Deolipa Yumara Bilang Biasa Saja
Pada sesi kedua, Nurbaya memaparkan materi dengan tema ‘Bebas Berekspresi dan Jangan Baper di Ruang Digital’.
Ia menjelaskan, kehadiran internet merupakan anugerah yang harus disyukuri masyarakat namun di sisi lain, internet dan media sosial justru bisa menjadi bencana apabila dalam penggunaannya mengesampingkan etika dalam berinteraksi di dunia digital.
Meskipun kita memiliki hak untuk bebas berpendapat, namun tetap saja berlaku batasan jika mengganggu hak orang lain. Dalam memproduksi konten, sejumlah pelanggaran yang perlu dihindari antara lain, melanggar kesusilaan, mengandung perjudian, ancaman dan pemerasan, pencemaran nama baik, serta penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.
“Kita perlu menjaga etika ketika berinteraksi di dunia digital. Etika Hadir sebagai seorang bijak yang mengingatkan kembali bahwa hakikat teknologi adalah anugerah bagi manusia. Etika hadir Etika ditawarkan sebagai pedoman untuk menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan,” tuturnya.
Azmi Irfala menambahkan, generasi muda dapat mengambil peranannya sebagai garda terdepan dalam memerangi berita bohong atau hoaks, plagiarisme, serta ujaran kebencian yang hingga kini masih banyak beredar di internet dan media sosial.
Baca juga: Staf Khusus Menteri BUMN Sebut Kebocoran Data Pelanggan Indihome Hoaks
Apalagi, kalangan muda dianggap sebagai generasi yang paling mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sebagai pengguna dominan di media sosial, serta selalu ikut tren.
Beberapa cara untuk menangkal penyebaran hoaks antara lain, tidak ikut menyebarkan berita tanpa terlebih dahulu melakukan pengecekan, hati-hati dengan judul informasi yang provokatif, serta aktif untuk mengadukan ke pihak berwenang jika menemukan berita hoaks.
“Plagiarisme dalam pembuatan konten juga sering terjadi. Plagiarisme merupakan pengakuan karya cipta orang lain sebagai karya sendiri, misalnya mengutip kata-kata motivasi yang dihilangkan sumber aslinya, menggunakan gagasan atau teori orang lain tanpa menyebutkan identitas sumbernya,” kata dia.