Cerita Pengantin yang Tulis Sumpah Pernikahan dengan Bantuan ChatGPT
Seorang wanita merasa tertolong dengan adanya chatbot AI ChatGPT, karena membantunya menulis sumpah pernikahannya.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Alat ini juga memungkinkan pengguna menyoroti kisah pribadi dan memilih gaya atau nada sebelum menuangkannya ke dalam naskah pidato.
"Saya mulai menyusun janji pernikahan saya dan ketika saya mengetikkan bagaimana kami bertemu, menghasilkan cerita yang sangat menyenangkan," kata Le.
"Beberapa di antaranya tidak akurat, mengarang detail tertentu, tetapi hal ini memberikan saya bantuan dan sesuatu untuk bereaksi, daripada hanya menghabiskan waktu 10 jam untuk memikirkan bagaimana cara memulainya," lanjutnya.
Le mengatakan bahwa tunangannya, yang sering menggunakan ChatGPT untuk bekerja, sedang mempertimbangkan untuk menggunakan AI untuk membantu menulis sumpahnya.
Salah satu pendiri dan CEO Joy, Vishal Joshi, yang mempelajari kecerdasan buatan dan teknik elektro di NIT Rourkela di India, mengatakan perusahaan ini meluncurkan Writer's Block Assistant pada bulan lalu.
Joy meluncurkan alat itu setelah melakukan studi internal yang menemukan bahwa sebagian besar penggunanya agak kewalahan dalam menulis sumpah dan pidato pernikahan, dan berharap ada bantuan untuk mengerjakannya.
Baca juga: Ancaman ChatGPT Palsu Incar Data Kartu Kredit, Pengguna Diminta Waspada
Joshi mengatakan bahwa perusahaan telah menerima ribuan kiriman atau bingkisan terima kasih sejak meluncurkan alat tersebut.
"Hampir dua dekade yang lalu, para penggemar AI seperti saya dan rekan-rekan peneliti saya hanya memimpikan adopsi pasar massal seperti yang kita lihat saat ini, dan kami tahu bahwa ini hanyalah permulaan yang sebenarnya," ujar Joshi.
"Sama seperti ponsel pintar, jika diterapkan dengan baik, dampak positif dari AI dalam kehidupan kita bisa jauh lebih besar daripada dampak negatifnya. Kami berupaya berinovasi secara bertanggung jawab dengan menggunakan AI untuk memajukan industri pernikahan dan acara secara keseluruhan," jelas CEO Joy.
ChatGPT sendiri telah memicu kekhawatiran dalam beberapa bulan terakhir atas potensinya untuk menyebarkan informasi yang salah dan menjungkirbalikkan mata pencaharian tertentu.
Meski demikian, ChatGPT telah diakui berperan dalam membantu tugas atau pekerjaan penggunanya, salah satunya mengenai menulis sumpah pernikahan.
Michael Grinn, seorang ahli anestesi yang berpraktik di Miami dan New York, bereksperimen dengan ChatGPT untuk membuat Ketubah tradisional, kontrak pernikahan Yahudi, untuk pernikahannya pada Juni mendatang.
Grinn dan tunangannya, Kate Gardiner, yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan hubungan masyarakat, kemudian memintanya untuk melakukan beberapa perubahan bahasa seputar kesetaraan gender dan keintiman.
"Pada akhirnya, kami berdua saling memandang dan berkata, kami tidak bisa tidak setuju dengan hasilnya," ungkapnya.
Pengeditan kontrak pernikahan tersebut memakan waktu sekitar satu jam, namun tetap saja memangkas waktu berjam-jam yang seharusnya bisa menjadi proses yang panjang, katanya.
Namun, meski merasa terbantu dengan ChatGPT, Grinn berencana untuk menulis sumpah pernikahannya sendiri.
"Saya ingin sumpah itu tidak terlalu rumit dan tidak ada orang lain yang membantu saya," ungkapnya.