Genjot Penjualan, Apple Store hingga e-Commerce di China Obral iPhone 15, Harga Mulai Rp13,2 Juta
Penjualan iPhone 15 di China dilaporkan anjlok. Menurut laporan firma riset Counterpoint Research iPhone 15 saat ini hanya laku 400.000 unit
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Sebulan pasca dirilis, penjualan iPhone 15 di China dilaporkan anjlok. Menurut laporan firma riset Counterpoint Research iPhone 15 saat ini hanya laku 400.000 unit, turun sekitar 4,5 persen bila dibandingkan dengan peluncuran iPhone 14 di tahun lalu.
Imbas penurunan ini, kini Apple Store di China mulai putar otak dengan memberikan diskon besar – besaran bagi para fanboy Apple yang ingin membeli gawai iPhone 15 series. Adapun diskon ini pertama kali dilaporkan oleh surat kabar lokal, The Economic Observer.
“Apple mengizinkan vendor mitra menawarkan diskon untuk memacu permintaan di pasar Tiongkok melalui festival belanja tahunan Singles Day yang akan datang, untuk menggenjot penjualan di tengah perlambatan ekonomi,” jelas laporan The Economic Observer, dikutip dari Reuters.
Tak hanya Apple store, sejumlah e-commerce juga turut mengobral iPhone 15 dengan harga yang jauh lebih murah dengan diskon hingga 900 yuan atau hampir Rp2 juta di bawah harga eceran.
Seperti platform e- commerce China Panduoduo milik PDD Holdings yang diketahui menawarkan iPhone 15 Plus versi 128 GB dengan harga 6.098 yuan atau Rp13,2 juta, 900 yuan, jauh lebih murah dari harga eceran Apple sebesar 6.999 yuan atau Rp15,2 juta,
Diskon serupa juga diberlakukan platform e-commerce Alibaba, Taobao yang mengobral iPhone 15 Pro Max 512 GB dengan harga 10.698 yuan atau Rp23,2 juta, berbanding jauh dengan harga saat peluncuran yang mencapai 11.999 yuan atau Rp26,1 juta.
Laba Kuartalan Apple Diprediksi Anjlok
Sebelum penjualan iPhone 15 mencatatkan penurunan, perusahaan penyedia data finansial Refinitiv, memprediksi pendapatan Apple di kuartal ketiga 2023 akan mengalami penurunan tajam hingga turun sebesar 1,6 persen, jadi yang terendah sejak 2016.
Proyeksi ini diungkap Refinitiv, usai penjualan ponsel iPhone di seluruh belahan dunia selama Juli hingga Agustus awal mengalami penurunan. Senada dengan Refinitiv Apple, 24 analis yang disurvei oleh Visible Alpha juga memprediksi penjualan Apple kemungkinan turun lebih dari dua persen pada kuartal ketiga.
Buntut dari ancaman deflasi dan inflasi pasar global serta sanksi ekonomi yang dilakukan China pada Amerika. Serangkain tekanan ini yang kemudian membuat pasar global mulai mengurangi permintaannya.
Meski penurunan ini bukan kali pertama yang dialami Apple, akan tetapi anjloknya penjualan iPhone 15 dikhawatirkan dapat memicu terjadinya pemangkasan hubungan kerja (PHK) gelombang kedua, mengingat pada April lalu Apple telah memangkas ratusan karyawan.