Harganya Kemahalan, GSMA Dorong Indonesia Kaji Ulang Strategi Pengembangan Spektrum Frekuensi 5G
Jika harga spektrum mengikuti perhitungan lama yang berlaku selama ini, Indonesia bisa kehilangan potensi ekonomi dari 5G sekitar Rp 216 triliun.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Aspek keamanan menurut Julian juga garus diperhatikan. Dia menegaskan, adopsi teknologi 5G membawa risiko yang lebih besar pada munculnya aneka kejahatan siber.
Dia mengatakan, GSMAa memdeteksi hal tersebut. Begitu juga risiko berbahaya lainnya seperti online scam dan online gambling karena banyak pengguna seluler tak punya kemampuan menanggulangi riisko risiko ini. "Ini yang harus dimkitigasi oleh pengembang teknologi di Indonesia," kata dia.
Selain itu, Indonesia harus menjaga kepercayaaan terhadap internet seperti mempercepat respons atas disinformasi yang muncul. Apalagi Indonesiasedang menghadapi momentum penyelenggaraan Pemilu.
Dia juga menekankan Indonesia punya kelemahan di leadership pada keamanan dan proteksi data yang indeksnya masing-masing baru 17 dan 20 persen.
Rekomendasi lainnya yang kelima adalah masyarakat. Indonesia memiliki karakter populasi masyarakat besar dengan pelaku UMKM yang juga banyak tapi banyak dari mereka banyak yang belum on board pada layanan digital.
Pihaknya mendorong agar UMKM memanfaatkan konektovitas digital tersebut.
Gap penggunaan internet di Indonesia disebutkan mencapai 9 juta orang. Mereka sebenarnya tercover layanan digital tapi belum memanfaatkannya.
Kami juga sudah presentasikan laporan spektrum ke Kominfo.
Ada kerjasama dengan oprrator sleuler di Indonesia yanh diberi nama open gateway untuk open API untuk membuka peluang kerjasama lebih luas lagi.
Indonesia merupakan negara utama di project open gateway ini dan berpeluang memimpin prohram ini dengan dukungan kebijakan yang tepat.
Sementara itu, pembicara lainnya, Max Cuvellier Giacomelli, Head of Mobile for Development GSMA menyampaikan ada lima kendala utama dalam pemanfaatan konektivitas seluler
Pertama, rendahnya pemgetahuan dan keterampilan; kedua, keterjangkauan dalam membeli perangkat ponsel; ketiga, pertimbangan aspek keamanan; keempat, aspek relevansi konten produk dan layanan serta kelima, rendahnya akses ke jariingan seperti jaringan listrik hingga tidak adanya akses untuk membeli sim card.