Pulau Siumat Simeulue Aceh, Surga di Tengah Kesunyian
Di Pelumat, ada orang hebat bernama Lam Borek. Orang ini memiliki ilmu batin yang kuat.
Editor: Mohamad Yoenus
Rumahnya sudah disediakan untuk tempat kami bermalam.
Dia membawa dua ekor geurape pandak, ikan kerapu bewarna merah dengan bintik-bintik biru berukuran lumayan besar.
"Cukup buat bekal sampai malam nanti," katanya tersenyum saat kami membantu menyandarkan sampannya.
Kami makan sambam siang itu. Istri Edi telah membungkus ikan kerapu pancingannya dengan daun pisang, lalu membakarnya.
Istrinya juga menyiapkan ulekan sambal terasi yang pedas, ditambah dengan urap pucuk pepaya yang tak lagi pahit.
Betul-betul makanan yang ampuh mengurai keringat kami.
Sementara Edi dan istrinya berbenah dan menyiapkan makan, saya membantu Arisman menjemur cengkeh.
Dia telah mengeluarkan tiga karung cengkeh yang mulai kering sehabis mandi pagi tadi.
Matahari pagi menghangatkan daratan kecil di timur laut Pulau Simeulue itu.
Saya berjanji padanya untuk ikut mengangkat jemuran sore nanti.
Beberapa anak lain melakukan hal serupa. Saya berpindah dari jemuran Arisman ke jemuran lain.
Pulau kecil itu memungkinkan saya berkeliling tanpa harus menggunakan kendaraan.
Saya bertemu Rizki, balita yang ikut membantu menjemur cengkeh.
Anak ini lucu karena bedak bayi masih berlumuran di wajahnya, sementara dia mencari buah cengkeh berukuran besar untuk dijual, sebagian akan dijadikan bibit.