Candi Walang, Pemakaman Raja Palembang, Konon Jasad Warga Biasa Tak Bisa Dikubur di Tempat Ini
Menurut juru kunci orang yang meninggal tapi tidak memiliki keturunan Palembang maka mayatnya tidak bisa terkubur.
Editor: Malvyandie Haryadi
Keberadaan kesultanan ini cukup berpengaruh dalam pengembangan ajaran Islam di Nusantara.
Sultan Ratu Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam atau Kemas Hindi menjabat sebagai raja Kesultanan Palembang (1659-1706).
Setelah sang pangeran tiada, ia di makamkan di Jalan Jendral Sudirman persis di belakang Pasar Cinde, 24 Ilir Palembang.
Kenapa pemakaman ini dinamakan Candi Walang? Karena desain kubah tempat sang pangeran di makamkan berbentuk candi dan menjadi tempat favorit belalang hinggap.
Sehingga dinamakan Candi Walang. Walang berasal dari bahasa Jawa yang bearti belalang.
Makamnya berdampingan dengan permaisuri Susuhunan dan mendiang sang guru Said Mustopa Al Idrus. Serta beberapa putri beliau dan panglima kesultanan.
Namun kondisi pemakaman begitu memprihatinkan. Bagunan asli kubah tempat sang pangeran di makamkan sudah banyak berubah dari awal dibangun.
Semua bagian terbuat dari kayu tembesu dan di ukir dengan sayatan ukiran asli Palembang.
Tapi sekarang bagunan sudah rapuh, beberapa platfon atas sudah banyak berlobang.
Menurut pengelola makam generasi ke delapan RM Syarifudin kubah Candi Walang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Padahal pangeran Hindi merupakan raja pertama Palembang.
Menurut Syarifudin ada ketimpangan perhatian. Pemerintah lebih peduli dengan makam Sultan Mahmud Badaruddin I di kawasan Kawah Tengkurep.
Padahal SMB I merupakan cucu dari pangeran Hindi.
Pihak pengelola dan juru kunci hanya berharap kubah yang melindungi kuburan sang pangeran dari terik matahari dan hujan perlu di bagun.