Mengenal Bannada, Desa Tertua di Kepulauan Talaud yang Penuh Mistik
Desa ini dikenal dengan mistiknya yang kuat, dan terus mendapat wanti-wanti agar berhati-hati di sana.
Editor: Mohamad Yoenus
Raja Porodisa sekarang, Julianus Yoro mengatakan kearifan lokal yang masih terjaga saat ini merupakan pesan dari nenek moyang agar terus dijaga.
Begitu pula pesan agar barang-barang pusaka terus diturunkan.
Benda peninggalan kerajaan. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Barang-barang tersebut sekarang dijaga oleh Julianus, di rumahnya yang dijadikan kantor Desa Bannada.
Bagi warga desa, barang-barang tersebut merupakan peninggalan tak ternilai.
Siapa pun tak bisa mengambilkan dengan imbalan apapun.
Namun sayangnya, saat ini belum ada tempat yang lebih layak untuk menyimpan barang-barang itu.
Dengan harapan ke depan akan dibangun museum cagar budaya di desa itu.
Para petua adat punya cara jitu bagaimana adat ini terus terjaga hingga generasi terbaru.
Mereka sering mengadakan pertemuan kerajaan yang dihadiri empat suku.
Semua warga kerajaan Porodisa diwajibkan hadir dalam pertemuan tersebut.
Di situ pula, anak-anak mendapat edukasi tentang budayanya.
Menurut Julianus, pertemuan tersebut juga sebagai program warga adat untuk membantu meringankan program pemerintah.
Program yang masuk, harus melalui adat dulu, baru dilanjutkan ke masyarakat. Warga sangat menghormati adat istiadat mereka.
Ada hukum ada di desa ini yang wajib dipatuhi warga desa, maupun pengunjung yang datang.
Yakni tak boleh melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma.
Misalnya mencuri, mabuk-mabukan, berbuat onar dan tindakan tak baik lainnya.
Pada pukul sembilan malam, warga tak lagi dibiarkan keliaran di sekitar kampung. Terutama anak-anak sekolah.
Atau mencuri. Jika kedapatan, orang tersebut akan diarak keliling kampung dengan setengah telanjang, sambil teriak dengan bahasa lokal yang intinya jangan mengikuti perbuatannya.
"Ini hukum adat yang harus dipenuhi. Ini membuat warga desa agar terus berbuat baik. Jangan melakukan hal-hal yang tak baik. Ini yang terus kami jaga agar karakter warga desa terus terjaga," ujar Julianus.
Akses jalan di desa Bannada. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Noldy Lumangkibe, pendatang di desa ini menceritakan pengalamannya waktu mengikuti upacara ada untuk menetap di desa itu.
Ia sendiri adalah guru yang ditempatkan di SMA satu-satunya di desa itu.
Sudah enam tahun ia menetap. Ia tiga kali ikut upacara yakni penyambutan sebagai guru, penyerahan ke orangtua, serta penentuan suku.
Ia masuk ke suku Yoro, dan ditentukan oleh para petua adat dilihat dari silsilahnya. Dan menurutnya, kehidupan di desa ini sudah seperti keluarga.
Latar belakang kerajaan Porodisa ini bukan sekadar hikayat pembangkit semangat juang semata semata.
Juga tidaklah cerita dongeng belaka.
Akan tetapi, masyarakat mengambil hikmat atau makna yang dalam terhadap nilai kearifan budaya lokal, diwariskan turun-temurun oleh para pendahulunya.
Semua berawal pada abad ke-10 sebelum masehi, di mana hadirnya manusia pertama yang mendiami Talaud.
Dia adalah seorang wanita cantik yang tinggal di gunung yang jaraknya lima kilometer dari desa, yang selalu menyendiri.
Ia tiba-tiba mendengar suara yang menyebutkan tanah yang didiaminya akan diberikan padanya dan keturunannya.
Dan ia juga akan diberi pendamping hidup. Tapi ia harus menghadap mata angin selatan.
Ia kemudian bertemu ikan emas yang tiba-tiba menjelma menjadi seorang pria tangguh. Dan di situlah kerajaan Porodisa ini dimulai hingga sekarang.
Akses jalan di desa Bannada. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Desa Bannada ini sangat terpencil, dengan akses perjalanan darat yang berat.
Dari ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane, desa ini berjarak 80 kilometer.
Dari kota Manado, terlebih dahulu harus naik kapal dengan waktu tempuh 14 jam, menuju pelabuhan Beo.
Naik kapal Karya Indah atau Holy Marry dengan tiket Rp 250 ribu. Untuk fasilitas kamar Rp 500 ribu.
Dari Beo, butuh perjalanan darat menggunakan motor selama empat jam melewati jalur lingkar timur.
Bisa juga melewati lingkar barat, dengan waktu tempuh enam jam untuk motor dan delapan jam untuk mobil.
Jalur lingkar timur hanya bisa dilalui dengan motor, dan lebih dekat.
Harga sewa motor per hari Rp 50 ribu, belum dengan harga sewa pengendaranya.
Semakin jauh, pengunjung akan disambut dengan kondisi jalan yang semakin rusak.
Mulai dari yang bebatuan dan pasir, jalan di tepi pantai, serta harus melewati jalan menanjak curam berpasir dan bebatuan.
Dalam perjalanan ini, harus melalui dua sungai dan harus naik rakit.
Rakit pertama di desa Dapalan dan rakit kedua di Desa Ammat yang berada di kecamatan Tammpannama.
Ongkos rakit satu motor Rp 10 ribu, dan per orang Rp 2 ribu.
Rute ini mengitari sepanjang pantai pesisir timur pulau Karakelang.
Semua desa berada di pinggir pantai. Eksotisnya pantai ini akan membuat perjalanan anda semakin seru, meski medannya berat.
Kearifan lokal masyarakat Talaud akan sering dijumpai selama perjalanan.
Warga yang membawa bika, angkutan khas warga lokal yang terbuat dari anyaman bambu akan sering ditemui.
Begitu pula dengan warga yang mengunyah-nguyah sirih.
Kondisi desa-desa yang akan dijumpai selama perjalanan begitu sederhana, dengan rumah yang masih banyak yang hanya berdindingkan bambu.
Sungguh merasakan kehidupan di desa terpencil. Untungnya, sinyal handphone sudah masuk, dan hanya telkomsel yang bisa. Meski tak sepenuhnya bagus.
Tugu selamat datang akan menyambut wisatawan di desa Bannada, desa tertua awal mula kerajaan Talaud atau sering disebut Porodisa.
Tak perlu khawatir untuk penginapan, wisatawan bisa menginap di rumah warga dengan kondisi apa adanya.
Tak ada biaya sama sekali, tapi harus melapor dulu di kantor desa dan petua-petua adat.
Pengunjung akan dijamu dengan kearifan lokal warga Bannada yang kental serta keramahan warga di sini.
Perjalanan ke Desa Bannada ini memang tak mudah.
Harus berlayar melewati laut dari Manado ke kawasan pulau terluar Indonesia, serta medan jalan berat lewat darat yang memakan waktu lama. Namun berkunjung ke tanah Porodisa ini takkan pernah mengecewakan.
Kearifan lokal masyarakat di sini serta indahnya alam sekitar, akan membuat pengunjung merasakan Indonesia yang sesungguhnya.
Indonesia yang kaya dengan budaya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.